Kompetensi dan Keterampilan Proses IPA bidang Fisika (Fase E)
Kompetensi pembelajaran pada Fase E dirumuskan menggunakan kata kerja operasional yang mendorong pembelajaran mendalam. Perumusan ini juga dirancang agar dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik di setiap satuan pendidikan.
Dalam prosesnya, pendidik akan melatihkan keterampilan proses ilmiah yang menjadi inti pembelajaran. Keterampilan tersebut meliputi langkah-langkah berikut:
- Mengamati fenomena atau objek.
- Merumuskan pertanyaan untuk diselidiki.
- Merencanakan serta melakukan penyelidikan atau eksperimen.
- Memproses dan menganalisis data serta informasi yang diperoleh.
- Mengevaluasi dan merefleksikan proses serta hasil penyelidikan.
- Mengomunikasikan hasil temuan secara jelas dan sistematis.
Adapun keseluruhan materi esensial yang tercakup dalam Capaian Pembelajaran IPA Fisika Fase E di bawah ini.
Daftar Materi dan Submateri Pembelajaran
1. Sistem Pengukuran dalam Kerja Ilmiah
- Besaran dan jenis besaran
- Satuan dan dimensi pengukuran
- Penggunaan alat ukur
- Penyajian hasil pengukuran
- Metode ilmiah
2. Gerak Dua Dimensi
- Gerak dengan kecepatan tetap
- Gerak dengan percepatan tetap
- Gerak parabola
3. Energi Alternatif
- Perpindahan dan perubahan bentuk energi
- Ketersediaan dan tingkat konsumsi energi
- Ragam sumber energi alternatif
4. Perubahan Iklim
- Penyebab perubahan iklim
- Dampak perubahan iklim
- Solusi untuk perubahan iklim
Pembahasan berikut menguraikan materi-materi pada Fase E secara lebih detail, mulai dari kompetensi yang ingin dicapai, cakupan materinya, hingga strategi untuk mengontekstualisasikan pembelajaran agar lebih mendalam.
A. Sistem Pengukuran dalam Kerja Ilmiah
Materi dan Ruang Lingkup
Sistem pengukuran adalah fondasi untuk memperoleh data yang akurat dan konsisten dalam setiap kerja ilmiah. Pemahaman yang baik mengenai topik ini sangat penting karena data yang valid menjadi dasar untuk menganalisis masalah dan mengambil keputusan.
Materi ini mencakup:
- Konsep Pengukuran: Prinsip dasar dalam mengukur suatu besaran.
- Jenis Besaran: Pengelompokan besaran berdasarkan penyusunnya (pokok dan turunan) serta arahnya (skalar dan vektor).
- Analisis Satuan dan Dimensi: Pemeriksaan konsistensi satuan dan dimensi dalam suatu persamaan fisika.
- Penyajian Hasil Ukur: Teknik menyajikan data, termasuk cara melaporkan ketidakpastian pengukuran dan merepresentasikan data secara grafis atau tabel.
- Penerapan dalam Kerja Ilmiah: Penggunaan pengukuran dalam langkah-langkah metode ilmiah.
Kompetensi yang Dituju
Setelah mempelajari materi ini, peserta didik diharapkan mampu:
- Menerapkan konsep sistem pengukuran dalam kegiatan praktik.
- Menganalisis besaran yang relevan untuk diukur beserta satuannya.
- Memilih alat ukur yang paling sesuai untuk suatu penyelidikan.
- Mempertimbangkan teknik pengukuran yang tepat untuk menghindari kesalahan.
- Menyajikan hasil pengukuran secara jelas dan informatif.
- Menggunakan hasil pengukuran untuk mendukung kesimpulan ilmiah.
Kontekstualisasi Materi Pengukuran Melalui Pembelajaran Mendalam
1. Menghubungkan Pengukuran dengan Kehidupan Sehari-hari
Pengukuran adalah aktivitas fundamental yang ditemukan dalam berbagai aspek kehidupan. Contohnya:
- Siswa menggunakan mistar untuk menggambar.
- Juru masak menakar volume beras.
- Perawat mengukur suhu tubuh pasien dengan termometer.
- Pekerja konstruksi menggunakan meteran.
- Montir memanfaatkan jangka sorong untuk presisi.
Pengalaman belajar dimulai dengan membangun kesadaran akan pentingnya sistem pengukuran melalui contoh-contoh nyata ini. Siswa diajak untuk mengidentifikasi besaran, satuan, dimensi, dan alat ukur yang mereka temui setiap hari.
2. Pembelajaran Melalui Praktik Kerja Ilmiah
Kegiatan pembelajaran dirancang melalui aktivitas praktis seperti eksperimen di laboratorium atau proyek lapangan. Tujuannya adalah mengajarkan teknik pengukuran yang tepat dan cara menginterpretasi hasilnya.
Proses ini sekaligus menjadi sarana untuk melatih keterampilan kerja ilmiah secara menyeluruh, yang meliputi:
- Perancangan: Merumuskan masalah dan hipotesis, serta merancang metode penelitian.
- Pelaksanaan: Melakukan eksperimen dengan memahami variabel (bebas, terikat, kontrol) dan menggunakan alat ukur (penggaris, stopwatch, neraca, termometer).
- Analisis Data: Mengolah dan menyajikan data dalam berbagai bentuk (tabel, grafik garis, batang, titik sebar) dengan memperhatikan notasi ilmiah, awalan satuan, dan penulisan angka ketidakpastian.
- Komunikasi Ilmiah: Menarik kesimpulan, menyusun laporan, dan mengomunikasikan hasil penelitian.
3. Aplikasi dalam Konteks Dunia Nyata
Pemahaman yang diperoleh tidak berhenti di laboratorium, tetapi diaplikasikan untuk memecahkan masalah kontekstual. Hal ini melatih keterampilan bernalar kritis dalam memperoleh pengetahuan baru dan menguji hipotesis.
Contoh penerapan kontekstual:
- Mengukur ketinggian air sungai secara berkala untuk memprediksi potensi banjir.
- Mengukur volume sampah di lingkungan sekitar untuk merancang solusi pengelolaan.
- Mencatat suhu udara harian untuk menganalisis dampak perubahan iklim.
Pembelajaran ini juga dapat dilakukan secara kolaboratif lintas disiplin, seperti:
- Matematika: Pembuatan dan interpretasi grafik.
- Biologi: Analisis perubahan ekosistem.
- Geografi: Analisis data cuaca dan iklim.
4. Refleksi dan Pengembangan Diri
Pada akhir proses, siswa didorong untuk merefleksikan pengalaman belajarnya. Mereka diajak untuk:
- Menyadari proses berpikir yang telah mereka lalui.
- Menghubungkan pengetahuan baru dengan pengalaman sehari-hari.
- Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan diri untuk merencanakan pembelajaran selanjutnya.
- Mengembangkan sense of scale (kepekaan terhadap skala), misalnya dengan memahami makna kecepatan 40 km/jam dalam satuan m/s.
5. Strategi Asesmen
Untuk mengukur pemahaman dan keterampilan siswa, asesmen dilakukan secara bertahap:
- Asesmen Awal (Diagnostik): Memeriksa kesiapan dan pemahaman dasar siswa mengenai pengukuran yang telah dipelajari pada fase sebelumnya.
- Asesmen Proses (Formatif): Memantau kinerja siswa selama pembelajaran melalui lembar kerja, observasi langsung, serta penilaian diri dan teman sebaya.
- Asesmen Akhir (Sumatif): Menilai pencapaian tujuan pembelajaran melalui tes tertulis, ujian praktik, atau laporan hasil eksperimen.
B. Gerak Dua Dimensi
Kompetensi yang Dikembangkan
Melalui materi ini, siswa dilatih untuk mengembangkan beberapa kompetensi kunci, yaitu:
- Memahami konsep-konsep dasar tentang gerak.
- Menerapkan keterampilan proses ilmiah melalui eksperimen gerak.
- Menganalisis gerak dua dimensi, khususnya gerak parabola, dengan menggunakan analisis vektor.
Relevansi dan Ruang Lingkup Materi
Materi gerak dua dimensi sangat penting karena menjadi sarana praktis untuk menerapkan berbagai keterampilan ilmiah. Topik ini berfungsi sebagai jembatan antara konsep pengukuran dan analisis fenomena alam.
Secara spesifik, pembelajaran ini melatih siswa untuk:
- Menerapkan sistem pengukuran dalam kerja ilmiah yang nyata.
- Mengamati dan menganalisis gejala alam secara sistematis.
- Mengolah dan mengomunikasikan data hasil pengamatan.
- Memodelkan fenomena fisis ke dalam bentuk persamaan matematis.
- Mengembangkan sense of scale, seperti kemampuan memperkirakan waktu tempuh suatu perjalanan atau menganalisis arah dan besaran menggunakan vektor.
Kontekstualisasi Materi Gerak Dua Dimensi untuk Pembelajaran Mendalam
1. Pembelajaran Melalui Investigasi Ilmiah
Pengalaman belajar siswa dibangun melalui serangkaian kegiatan investigasi yang sistematis. Proses ini dirancang untuk meniru kerja ilmiah yang sesungguhnya, meliputi:
- Mengamati fenomena gerak dan mengidentifikasi besaran fisis yang terlibat (jarak, perpindahan, kelajuan, kecepatan, percepatan).
- Merumuskan hipotesis dan mengidentifikasi variabel (bebas, terikat, kontrol).
- Merancang dan melaksanakan percobaan untuk menguji hipotesis.
- Menganalisis data hasil percobaan, mulai dari mencatat dalam tabel, menyajikan dalam bentuk grafik, hingga menginterpretasikannya.
- Mengomunikasikan hasil temuan dan memodelkan fenomena gerak dalam bentuk persamaan matematis.
2. Membangun Konsep Secara Bertahap
Pemahaman siswa dikembangkan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sudah dikenal menuju konsep yang lebih kompleks.
- Fondasi: Pengetahuan tentang gerak lurus beraturan (kecepatan tetap) dan gerak lurus berubah beraturan (percepatan tetap) digunakan sebagai dasar untuk memahami fenomena gerak parabola.
- Demonstrasi dan Diskusi: Untuk memicu nalar kritis, pendidik dapat menggunakan demonstrasi atau video, seperti:
- Lintasan bola basket atau air dari selang untuk memperkenalkan bentuk parabola.
- Perbandingan gerak jatuh benda di udara dan di ruang hampa.
- Perbedaan antara benda yang jatuh lurus ke bawah dengan benda yang jatuh melengkung karena memiliki kecepatan awal horizontal.
- Analisis Vektor: Pendidik memandu diskusi agar siswa memahami bahwa gerak parabola adalah gabungan dari dua gerak independen: gerak pada sumbu horizontal (GLB) dan sumbu vertikal (GLBB). Konsep vektor digunakan untuk menganalisis gerak yang mengalami perubahan arah ini.
3. Kolaborasi dan Pendekatan Alternatif
Untuk mendukung analisis vektor, pembelajaran ini dapat dikolaborasikan dengan mata pelajaran Matematika pada topik trigonometri. Namun, jika materi trigonometri belum diajarkan, pendidik dapat menggunakan pendekatan alternatif, seperti analisis gerak parabola menggunakan bantuan grafik yang telah disiapkan sebelumnya.
4. Aplikasi dalam Proyek dan Pemecahan Masalah
Pemahaman konseptual diperkuat melalui penerapan dalam konteks nyata, seperti:
- Proyek Rekayasa: Membuat pelontar sederhana yang kecepatan awal dan sudut elevasinya dapat diatur untuk mencapai target tertentu.
- Studi Kasus (Problem Solving): Menganalisis skenario buatan, misalnya bagaimana pesawat harus menjatuhkan bantuan logistik agar tepat sasaran di daerah bencana yang terisolasi. Siswa diminta membuat sketsa lintasan dan perhitungan yang diperlukan.
5. Refleksi dan Evaluasi Diri
Pada akhir pembelajaran, siswa diajak untuk merefleksikan proses yang telah dilalui: mengulas kembali alur berpikir mereka, mengevaluasi kelebihan dan kekurangan karya yang dihasilkan, serta merencanakan perbaikan di masa mendatang.
6. Strategi Asesmen Komprehensif
Penilaian dilakukan secara menyeluruh untuk mengukur pemahaman dan keterampilan siswa:
- Asesmen Awal (Diagnostik): Memeriksa kesiapan belajar dan pemahaman prasyarat siswa mengenai gerak satu dimensi.
- Asesmen Proses (Formatif): Memantau kemajuan siswa selama pembelajaran melalui lembar kerja, observasi, serta penilaian diri dan teman sebaya.
- Asesmen Akhir (Sumatif): Mengukur pencapaian tujuan pembelajaran melalui tes tertulis, penilaian laporan proyek, atau evaluasi sketsa pemecahan masalah.
C. Energi Alternatif
Materi dan Ruang Lingkup
Materi ini dirancang untuk memberikan pemahaman komprehensif mengenai konsep energi dan urgensi transisi ke sumber terbarukan. Ruang lingkup pembahasannya meliputi:
- Konsep Dasar: Pengertian energi dan Hukum Kekekalan Energi.
- Bentuk dan Sumber: Identifikasi berbagai bentuk energi (kinetik, potensial, panas, dll.) dan sumber-sumbernya.
- Transformasi Energi: Analisis proses perpindahan dan perubahan bentuk energi.
- Konteks Energi Global: Kajian mengenai ketersediaan energi, tingkat konsumsi saat ini, dan perbandingannya.
- Energi Terbarukan: Pengenalan ragam energi alternatif yang berasal dari sumber daya alam terbarukan (seperti surya, angin, air, dan panas bumi).
Kompetensi dan Relevansi
Materi ini memiliki urgensi tinggi untuk diajarkan kepada peserta didik. Alasannya adalah sumber energi tak terbarukan (seperti bahan bakar fosil) jumlahnya terbatas dan terus berkurang.
Ketergantungan pada sumber energi ini akan mengarah pada krisis kekurangan energi di masa depan. Oleh karena itu, peserta didik perlu dibekali kompetensi untuk memahami masalah ini dan mengeksplorasi solusi berupa energi alternatif yang berkelanjutan.
Kontekstualisasi Materi Energi Alternatif Melalui Pembelajaran Mendalam
1. Pemantik Pembelajaran: Krisis Konsumsi Energi
Pembelajaran dapat dimulai dengan mengangkat fenomena kontekstual sebagai pemantik diskusi, yaitu meningkatnya tingkat konsumsi energi (seperti listrik) dalam kehidupan sehari-hari. Isu ini digunakan untuk membangun kesadaran awal siswa tentang urgensi topik energi.
2. Proses Investigasi dan Pendalaman Materi
Pengalaman belajar siswa dilanjutkan melalui serangkaian kegiatan investigasi untuk memahami konsep inti, seperti:
- Mengidentifikasi berbagai bentuk dan ukuran (kuantitas) energi yang digunakan.
- Menganalisis proses perubahan dan perpindahan energi dalam suatu fenomena.
- Mempelajari konsep daya dan efisiensi.
- Mengkaji bahan bacaan atau tayangan video terkait ketersediaan energi global, tingkat konsumsi, dan ragam sumber energi alternatif terbarukan.
3. Aplikasi Praktis dan Proyek Kontekstual
Pemahaman yang diperoleh kemudian diaplikasikan dalam aksi nyata. Siswa dapat:
- Melakukan Audit Energi: Menganalisis data penggunaan energi di lingkungan satuan pendidikan (sekolah). Data ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk merancang kampanye atau aktivitas penghematan energi.
- Membuat Prototipe Energi Alternatif: Jika memungkinkan, siswa didorong untuk bereksperimen menciptakan sumber energi alternatif sederhana yang relevan dengan konteks lokal mereka. Contohnya:
- Pemanfaatan panel surya sederhana.
- Pembuatan kincir air atau kincir angin skala kecil.
- Pembuatan briket dari limbah (misalnya, pelepah kelapa sawit di daerah perkebunan).
- Pembuatan instalasi biogas sederhana dari sampah organik.
Proyek-proyek ini memberikan pengalaman belajar langsung dalam menciptakan solusi energi untuk keberlangsungan hidup.
4. Keterkaitan Lintas Disiplin
Pendalaman materi ini sangat ideal untuk diintegrasikan secara kolaboratif dengan mata pelajaran lain:
- Kimia dan Biologi: Mengkaji topik perubahan iklim dan dampaknya terhadap ekosistem.
- Bahasa (Indonesia/Inggris): Melatih keterampilan menyusun laporan aktivitas atau materi kampanye secara efektif.
5. Strategi Asesmen
Penilaian dilakukan secara komprehensif dalam tiga tahap:
- Asesmen Awal (Diagnostik): Memeriksa kesiapan dan pemahaman prasyarat siswa mengenai konsep dasar energi yang telah dipelajari di fase sebelumnya.
- Asesmen Proses (Formatif): Memantau kinerja siswa selama pembelajaran melalui lembar kerja, observasi langsung, serta penilaian diri dan teman sebaya.
- Asesmen Akhir (Sumatif): Mengukur pencapaian tujuan pembelajaran, yang dapat dilakukan melalui tes tertulis, penilaian laporan, atau penilaian karya/prototipe energi alternatif menggunakan rubrik.
D. Perubahan Iklim
Kompetensi yang Dituju
Pada materi ini, kompetensi yang diharapkan adalah peserta didik mampu menerapkan pemahaman IPA secara aktif untuk mengatasi permasalahan terkait perubahan iklim.
Ruang Lingkup Materi
Materi pembelajaran berfokus pada tiga pilar utama:
- Penyebab: Faktor-faktor yang memicu terjadinya perubahan iklim.
- Dampak: Konsekuensi yang ditimbulkan di berbagai sektor.
- Solusi: Upaya penanggulangan dan mitigasi permasalahan perubahan iklim.
Relevansi dan Urgensi Materi
Materi ini sangat penting diajarkan untuk meningkatkan kesadaran peserta didik mengenai urgensi pencegahan perubahan iklim. Hal ini didasari oleh dua alasan utama:
- Sumber Masalah: Banyak aktivitas manusia sehari-hari, yang seringkali dilakukan tanpa disadari, berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung terhadap fenomena ini.
- Dampak Serius: Perubahan iklim memiliki dampak yang luas dan signifikan, seperti menurunkan produktivitas pertanian, mengancam keanekaragaman hayati (biodiversitas), dan memicu penyebaran penyakit.
Kontekstualisasi Materi Perubahan Iklim Melalui Pembelajaran Mendalam
1. Menghubungkan dengan Konteks Kehidupan Nyata
Materi perubahan iklim dapat diajarkan dengan mengaitkannya langsung pada fenomena yang dirasakan siswa sehari-hari, seperti:
- Pergeseran musim (musim hujan dan kemarau yang tidak menentu).
- Peningkatan suhu udara yang terasa.
- Kerusakan ekosistem lokal (contoh: rusaknya terumbu karang).
Untuk memperkaya wawasan, pembelajaran dapat dilakukan dengan bermitra dengan masyarakat, misalnya mengundang ahli lingkungan atau pegawai BMKG untuk berdiskusi. Tujuannya adalah membangun kesadaran dan mendorong siswa untuk mengadopsi perilaku yang dapat mencegah perubahan iklim.
2. Desain Pengalaman Belajar
Pendidik dapat menerapkan berbagai metode pembelajaran, seperti diskusi, penugasan, observasi, pembelajaran kooperatif, inkuiri, atau pembelajaran berbasis proyek (project-based learning).
Tahap Memahami (Understanding):
- Kajian Data: Melakukan wawancara dengan pegawai BMKG atau melakukan kajian literatur mengenai data perubahan suhu selama beberapa tahun terakhir.
- Observasi Sosial: Mewawancarai masyarakat yang terdampak langsung (petani, nelayan, atau kakek/nenek) mengenai perubahan yang mereka rasakan di lingkungan.
- Diskusi Kritis: Mengadakan diskusi atau debat mengenai aktivitas manusia yang menjadi penyebab utama perubahan iklim.
Tahap Mengaplikasi (Applying):
- Perancangan Solusi: Berdasarkan pemahaman akan penyebabnya, siswa diminta merancang solusi untuk masalah perubahan iklim.
- Kampanye: Mewujudkan solusi dalam bentuk poster, video, atau infografis, kemudian mengampanyekannya di lingkungan sekolah atau masyarakat sekitar.
- Proyek Alternatif: Membuat proyek sederhana yang memanfaatkan energi alternatif sebagai salah satu solusi konkret mengatasi perubahan iklim.
Tahap Merefleksi (Reflecting):
- Siswa diajak membuat refleksi tertulis mengenai proses pembelajaran yang telah dilalui.
- Mengisi daftar periksa (checklist) untuk mengidentifikasi materi yang sudah dan belum dipahami sebagai bahan perbaikan belajar selanjutnya.
3. Dimensi Profil dan Lingkungan Belajar
- Dimensi Profil yang Dituju: Kreatif, Bernalar Kritis, Komunikasi, dan Kolaborasi.
- Lingkungan Belajar: Proses pembelajaran didesain untuk menciptakan budaya belajar yang interaktif, memotivasi siswa untuk bereksplorasi, berekspresi, dan berkolaborasi. Tujuannya adalah menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan, bermakna, dan penuh kesadaran.
4. Pemanfaatan Teknologi
Teknologi dapat diintegrasikan dalam berbagai bentuk, seperti:
- Menggunakan simulasi interaktif untuk memahami proses perubahan iklim.
- Memanfaatkan teknologi untuk mencari sumber bacaan yang kredibel.
- Menggunakan aplikasi desain untuk menyusun poster atau infografis.
- Menggunakan platform digital untuk pelaksanaan asesmen.
5. Strategi Asesmen
- Asesmen Awal (Diagnostik): Dapat berupa tanya jawab singkat, kuis memilih pernyataan benar/salah, atau tes soal menjodohkan.
- Asesmen Proses (Formatif): Menggunakan rubrik untuk menilai karya (video, infografis, poster), rubrik observasi, penilaian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), atau rubrik unjuk kerja.
- Asesmen Akhir (Sumatif): Dapat berupa tes tertulis atau penilaian proses dan produk akhir proyek menggunakan rubrik.
—————-
Sumber :
1. Fase E — https://kurikulum.kemdikbud.go.id/file/panduan/dokumen/8.%20Final%20Panduan%20Mata%20Pelajaran%20IPA_16_sep_2025_revisi%203.pdf