Differentiated Instruction adalah jawaban untuk pertanyaan, “bagaimana kurikulum yang fleksibel dapat diterapkan di sekolah yang dapat memberikan layanan pembelajaran yang bervariasi kepada peserta didik (teaching at the right level)?  Jawaban ini terangkum dalam naskah akademik ini yang diimplementasikan dalam tiga sekolah model yang mengembangkannya.

Seperti diketahui bahwa di dalam sebuah sekolah atau bahkan sebuah kelas, terdapat berbagai macam peserta didik yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.  Oleh karena itu, mereka memerlukan pelayanan pengajaran yang berbeda satu dengan yang lainnya dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Carol A. Tomlinson, seorang pendidik sejak tahun 1995 telah menuliskan idenya dalam buku yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms mengenai suatu pengajaran yang memperhatikan perbedaan individu peserta didik.  Kemudian idenya dikenal dengan nama differentiated instruction atau pembelajaran berdiferensiasi.  Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru mengajarkan materi dengan memperhatikan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta didik.  Guru juga dapat memodifikasi isi pelajaran, proses pembelajaran, produk atau hasil dari pembelajaran yang diajarkan, dan lingkungan belajar di mana para peserta didik belajar.   Proses pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan oleh sekolah agar dapat memerdekakan peserta didik dalam belajar karena peserta didik tidak dituntut harus sama dalam segala hal dengan yang lain.

Pendahuluan

Latar Belakang

Kurikulum secara etimologis berasal dari kata dalam bahasa Latin “currere” yang berarti berlari atau bergegas. Kemudian dari kata tersebut muncullah kata kurikulum yang mengandung arti lintasan pacuan, perjalanan atau lintasan tempat berlari kereta kuda.  Jadi sebenarnya kurikulum diartikan sebagai suatu jalur atau lintasan suatu kendaraan yang akan membawa ke suatu tujuan akhir.  Di dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.  Oleh karena itu, kurikulum adalah jalur atau lintasan yang akan membawa peserta didik untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.  

Kurikulum yang digunakan di Indonesia saat ini adalah kurikulum 2013 dan Capaian Pembelajaran pada Sekolah Penggerak dimana sebenarnya walaupun pemerintah menetapkan kompetensi/capaian pembelajaran dalam kurikulum tersebut dipakai sebagai jalur atau lintasan yang akan membawa anak Indonesia mencapai tujuan akhir pendidikan, namun sebenarnya setiap satuan pendidikan harus mengembangkan dan memodifikasi kembali kurikulum tersebut agar sesuai dengan keadaan di satuan pendidikannya masing-masing. Hal ini sejalan dengan yang dicanangkan dalam Undang-undang No 2 tahun 2003 tentang (Sisdiknas) pada pasal 36 ayat 2 yang berbunyi, “Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.”  Pada ayat 3 kembali disebutkan bahwa “Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: …  c. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik.”  Seiring dengan Undang-undang ini di dalam Peraturan Pemerintah No 57 tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan disebutkan hal yang sama tentang keharusan menyusun kurikulum yang berdiversifikasi sesuai dengan karakteristik daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Pengembangan kurikulum satuan pendidikan sebagai perwujudan kemandirian sekolah yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada satuan pendidikan mengembangkan kurikulum operasional masingmasing sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya (Permendikbud no 61 tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Jadi sebenarnya pemerintah tidak mengharuskan sekolah menerapkan kurikulum 2013 secara kaku dengan hanya memiliki satu cara yang benar saja.  Pada dasarnya pemerintah telah membebaskan atau tepatnya memberi kemerdekaan kepada sekolah untuk dapat menerapkan kurikulum 2013 dengan lebih fleksibel sesuai dengan keadaan atau kondisi sekolahnya masing-masing, bahkan secara khusus sesuai dengan kondisi para peserta didik di satuan pendidikannya agar terjadi peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat dari peserta didik. 

Namun, kenyataannya satuan pendidikan belum sepenuhnya mengembangkan kurikulum yang fleksibel sesuai dengan keadaan peserta didik di sekolahnya masing-masing.  Seperti diketahui bahwa di dalam sebuah sekolah atau bahkan sebuah kelas, terdapat berbagai macam peserta didik yang memiliki tingkat kesiapan belajar, minat, bakat, dan gaya belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.  Oleh karena itu, mereka memerlukan pelayanan pengajaran yang berbeda satu dengan yang lainnya sehingga mereka dapat mengerti kompetensi dan materi pembelajaran sesuai dengan ciri khas dan keunikan masingmasing agar mereka dapat berkembang secara optimal.  Oleh karena itu, perlu adanya suatu proses pembelajaran yang memperhatikan ciri khas dan perbedaan individu peserta didik. 

Carol A. Tomlinson, seorang pendidik sejak tahun 1995 telah menuliskan idenya dalam buku yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms mengenai suatu pengajaran yang memperhatikan perbedaan individu dari peserta didik. Kemudian idenya dikenal dengan nama differentiated instruction atau diterjemahkan menjadi pembelajaran berdiferensiasi.  Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru mengajarkan materinya dengan memperhatikan tingkat kesiapan, minat, dan gaya belajar peserta didik.  Guru juga dapat memodifikasi isi pelajaran, proses pembelajaran, produk atau hasil dari pembelajaran yang diajarkan, dan lingkungan belajar di mana para peserta didik belajar.  Melalui penerapan proses pembelajaran ini guru dapat melayani para peserta didik sesuai dengan keadaannya masing-masing secara individu. Proses pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan oleh sekolah agar dapat memerdekakan peserta didik dalam belajar karena peserta didik tidak dituntut harus sama dalam segala hal, tapi dapat mengekspresikan dirinya sesuai dengan keunikannya masing-masing. Penggunaan pembelajaran berdiferensiasi akan menjadi penerapan kurikulum yang fleksibel dan tidak kaku dimana hanya percaya pada satu cara saja untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah.  

Oleh karena itu, dalam naskah akademik ini akan dibahas mengenai prinsip, elemen, dan praktik dari pembelajaran berdiferensiasi sebagai perwujudan dari penerapan kurikulum yang fleksibel.  Di samping itu, contoh-contoh model proses pembelajaran berdiferensiasi juga akan dijelaskan sehingga satuan pendidikan dapat memilih penerapan model tersebut sesuai dengan kondisinya masing-masing.  Pada bagian akhir, juga diberikan praktik-praktik baik yang dilakukan beberapa satuan pendidikan dari jenjang SD, SMP, dan SMA sebagai contoh konkrit dari pembelajaran berdiferensiasi ini yang pada akhirnya menunjukkan penerapan kurikulum yang fleksibel. Bersamaan dengan naskah akademik ini dikembangkan sekolah model yang mengimplementasikan differentiated instruction di SD, SMP, dan SMA. Tiga sekolah tersebut adalah SD Cikal Cilandak, SMP N20 Tangerang Selatan, dan SMA Attalia Villa Melati Mas Tangerang Selatan yang mengembangkan pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) pada Kurikulum yang fleksibel dalam mendukung merdeka belajar.

Tujuan dan Manfaat
Tujuan umum pengembangan naskah akademik pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) pada kurikulum fleksibel dalam mendukung merdeka belajar ini adalah sebagai acuan pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan di tingkat daerah dan satuan pendidikan untuk merancang pembelajaran yang berdiferensiasi. Dalam arti dalam upaya menciptakan peserta didik yang unggul dan mampu berdaya saing secara global sesuai dengan gaya belajar, minat, dan keunggulan yang ada dalam diri peserta didik. Guru juga dapat memodifikasi isi pelajaran, proses pembelajaran, produk atau hasil dari pembelajaran yang diajarkan, dan lingkungan belajar dimana peserta didik belajar.  Melalui penerapan proses pembelajaran ini guru dapat melayani para peserta didik sesuai dengan keadaannya masingmasing secara individu.  Hal ini seiring dengan misi pendidikan nasional yaitu mewujudkan generasi emas di tahun 2045. Perwujudan generasi emas ini dapat dilakukan melalui proses eksplorasi bakat, minat dan kecerdasan dominan yang dimiliki oleh para calon generasi emas tersebut. Sedangkan tujuan khusus pengembangan pembelajaran berdiferensiasi adalah untuk memberikan model/contoh implementasi yang diterapkan pada sekolah tingkat dasar dan menengah tentang bagaimana cara mengakomodasi perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik mampu mencapai kompetensi minimal yang tercantum dalam kompetensi dasar pada kurikulum 2013.

Manfaat umum pengembangan pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum fleksibel ini adalah terlahirnya generasi emas sesuai dengan tuntutan zaman. Lahirnya generasi emas ini dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan bangsa Indonesia. Generasi emas yang mampu bersaing secara global dapat meningkatkan kredibilitas bangsa Indonesia di mata dunia. Sedangkan secara khusus, pengembangan pembelajaran berdiferensiasi ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memaksimalkan potensi yang dia miliki untuk mencapai kompetensi minimum sesuai dengan kurikulum 2013, sehingga tujuan pendidikan Indonesia dapat tercapai. Pembelajaran berdiferensiasi ini dapat memenuhi hak peserta didik untuk memperoleh pembelajaran sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya. Sedangkan bagi guru, naskah akademik pengembangan pembelajaran diferensiasi ini dapat memberikan wawasan pengalaman pengelolaan kelas dalam memfasilitasi perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik baik kesiapan, minat, dan gaya belajar.

Ruang Lingkup

Pengembangan pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) pada kurikulum fleksibel melingkupi pengembangan pendidikan pada jenjang sekolah dasar dan menengah. Sedangkan landasan pengembangan kurikulum fleksibel tetap merujuk pada kurikulum 2013 dan capaian pembelajaran pada sekolah penggerak, sehingga kompetensi dasar yang menjadi capaian minimal peserta didik disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

Uraian dalam naskah akademik ini diawali dengan latar belakang disusunnya naskah akademik ini, dilanjutkan dengan landasan filosofis, sosiologis dan hukum terkait kurikulum fleksibel dan pembelajaran berdiferensiasi. Kemudian disajikan landasan teoritis dan empiris mengenai kurikulum fleksibel yang dilanjutkan penjelasan mengenai pembelajaran berdiferensiasi meliputi antara lain prinsip dan ciriciri pembelajaran dan penilaian, serta kaitannya dengan merdeka belajar. Disajikan pula tentang merancang dan tahapan penerapan di satuan pendidikan. Sehingga naskah ini dapat menjadi inspirasi bagi satuan pendidikan dalam mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi.  Lingkup naskah ini diakhiri oleh penjelasan pilihan evaluasi berdasarkan instrumen yang diberikan pada saat validasi naskah di satuan pendidikan serta rekomendasi dan tindak lanjut.

Ruang lingkup sekolah model yang dipilih dalam proses pengembangan pembelajaran berdiferensiasi ini adalah sekolah negeri dan swasta yang memiliki kekhasan dalam proses pembelajaran terutama dalam mengakomodasi perbedaan karakteristik peserta didik. Perbedaan baik gaya belajar, kesiapan, maupun minat serta yang memodifikasi isi pelajaran (konten), proses pembelajaran, produk atau hasil dari pembelajaran, dan lingkungan belajar dimana peserta didik belajar.

Sumber : 

Purba, Mariati dkk 2021. Naskah Akademik Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi (Differentiated Instruction) Pada Kurikulum Fleksibel Sebagai Wujud Merdeka BelajarPusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Republik Indonesia. Jakarta.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments