Lompat ke konten

Memfasilitasi Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) melalui Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) dan Pembelajaran Berbasis Inkuiri (IBL)

I. Pendahuluan: Melampaui Pembelajaran Permukaan (Surface Learning)

A. Kebutuhan Pemahaman Mendalam di Era Pendidikan Modern

Dunia abad ke-21 ditandai oleh perubahan yang cepat, kompleksitas masalah, dan ketersediaan informasi yang melimpah. Dalam konteks ini, pendekatan pembelajaran tradisional yang berfokus pada hafalan fakta dan prosedur (sering disebut surface learning) terbukti tidak lagi memadai. Siswa tidak hanya perlu mengetahui informasi, tetapi juga harus mampu berpikir kritis, menganalisis secara mendalam, memecahkan masalah yang kompleks, berkolaborasi secara efektif, berkomunikasi dengan baik, dan menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat. Tantangan masa depan yang sulit diprediksi menuntut sistem pendidikan untuk membekali generasi muda dengan kompetensi yang memungkinkan mereka beradaptasi dan berinovasi. Oleh karena itu, terdapat urgensi untuk bergeser menuju pendekatan pedagogis yang mengutamakan pemahaman konseptual yang mendalam (deep understanding) dan penguasaan kompetensi yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi baru (transferable competencies). Pendidikan harus bergerak melampaui sekadar akumulasi pengetahuan menuju penggunaan dan aplikasi pengetahuan dalam aktivitas yang bermakna.

B. Memperkenalkan Deep Learning, PBL, dan IBL sebagai Jalur Menuju Pendidikan Bermakna

Salah satu pendekatan yang menjawab kebutuhan ini adalah Deep Learning atau Pembelajaran Mendalam dalam konteks pedagogi. Penting untuk segera mengklarifikasi bahwa istilah ini berbeda dengan Deep Learning dalam bidang kecerdasan buatan (AI) yang merujuk pada algoritma pemrosesan data. Dalam pendidikan, Deep Learning adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemahaman makna dan esensi materi, bukan sekadar mengingat fakta di permukaan. Pendekatan ini mendorong siswa untuk mengintegrasikan informasi, melakukan refleksi, dan menerapkan pengetahuan dalam konteks yang relevan dan autentik.

Untuk mewujudkan Deep Learning, diperlukan strategi pembelajaran yang secara aktif melibatkan siswa dalam proses konstruksi pengetahuan. Dua strategi yang sangat menjanjikan dan seringkali saling terkait adalah Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning/PBL) dan Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry-Based Learning/IBL). Keduanya merupakan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered) yang secara inheren dirancang untuk mendorong jenis pemikiran dan keterlibatan yang menjadi inti dari Deep Learning. PBL menggunakan proyek sebagai media pembelajaran utama , sementara IBL menekankan proses penyelidikan yang dipicu oleh pertanyaan dan rasa ingin tahu.

C. Tujuan dan Struktur Penelitian

Laporan penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman komprehensif mengenai konsep Deep Learning dalam pedagogi serta menganalisis bagaimana PBL dan IBL dapat berfungsi sebagai strategi efektif untuk memfasilitasinya dalam konteks pendidikan di Indonesia, khususnya pada jenjang pendidikan menengah (SMP/SMA). Laporan ini akan:

  1. Mendefinisikan secara jelas konsep Deep Learning dalam pedagogi, beserta karakteristik utamanya.
  2. Mengidentifikasi prinsip-prinsip inti dari PBL dan IBL.
  3. Menganalisis hubungan sinergis antara Deep Learning, PBL, dan IBL.
  4. Menyajikan lebih dari 10 ide aktivitas PBL dan IBL konkret lintas disiplin (IPA, IPS, Bahasa, Seni, Matematika) yang dirancang untuk mendorong Deep Learning, dengan mempertimbangkan relevansi konteks lokal (misalnya, Aceh/Indonesia) jika memungkinkan.
  5. Menjelaskan bagaimana setiap ide aktivitas mendukung pencapaian pemahaman mendalam dan penguasaan kompetensi dalam cakupan materi yang terfokus.

Struktur penelitian ini akan dimulai dengan pendefinisian konsep, diikuti analisis prinsip dan sinergi, kemudian penyajian contoh implementasi praktis, dan diakhiri dengan kesimpulan serta implikasi bagi praktik pendidikan.

II. Mendefinisikan Deep Learning dalam Lanskap Pedagogi

A. Konsep Inti: Pembelajaran Bermakna, Berkesadaran, dan Menggembirakan

Deep Learning dalam pendidikan seringkali ditopang oleh tiga pilar konseptual yang saling terkait, menciptakan pengalaman belajar yang lebih holistik dan bertahan lama :

  1. Meaningful Learning (Pembelajaran Bermakna): Ini adalah inti dari Deep Learning, di mana siswa merasa bahwa apa yang mereka pelajari memiliki makna, relevansi, dan keterkaitan dengan kehidupan mereka atau pengetahuan yang sudah mereka miliki. Pembelajaran bermakna melibatkan pemikiran kritis dan pengembangan pemahaman melalui aktivitas interaktif, bukan sekadar transfer informasi. Tujuannya adalah membangun makna melalui pengenalan pola dan konsep, serta menghubungkan pengetahuan baru dengan struktur pengetahuan yang ada, sehingga siswa memperoleh pemahaman mendalam yang aplikatif.
  2. Mindful Learning (Pembelajaran Berkesadaran): Aspek ini menekankan pentingnya kesadaran siswa terhadap proses belajar mereka sendiri. Ini melibatkan pengembangan fokus, konsentrasi, dan kemampuan metakognisi – yaitu kesadaran dan kontrol atas proses berpikir sendiri, termasuk bagaimana seseorang belajar, berpikir, dan memecahkan masalah. Kegiatan eksplorasi dan eksperimen yang terarah dapat melatih fokus dan konsentrasi ini.
  3. Joyful Learning (Pembelajaran Menggembirakan): Deep Learning mengakui peran penting emosi positif dalam proses belajar. Suasana belajar yang positif, mendukung, dan menyenangkan dapat merangsang motivasi intrinsik, kreativitas, dan rasa ingin tahu siswa. Ketika siswa menikmati proses belajar, mereka cenderung lebih mudah menyerap informasi dan mempertahankan hasil belajar. Penggunaan metode seperti permainan edukatif, media kreatif, atau diskusi kelompok yang dinamis dapat menciptakan lingkungan belajar yang menggembirakan.

Integrasi ketiga pilar ini menunjukkan bahwa Deep Learning tidak hanya berfokus pada pencapaian kognitif semata. Pendekatan ini secara sadar mengintegrasikan dimensi afektif (melalui joyful learning) dan metakognitif (melalui mindful learning) untuk menciptakan pengalaman belajar yang utuh. Hal ini berbeda secara fundamental dari pembelajaran permukaan yang seringkali mengabaikan aspek emosional dan kesadaran diri siswa dalam belajar. Oleh karena itu, strategi untuk mendorong Deep Learning harus dirancang tidak hanya untuk menantang secara intelektual tetapi juga untuk membangun lingkungan yang aman secara psikologis, relevan secara pribadi, dan mendorong refleksi diri.

B. Karakteristik Utama

Deep Learning dalam konteks pedagogi memiliki beberapa karakteristik kunci yang membedakannya dari pendekatan lain:

  • Pemahaman Konseptual Mendalam: Fokus utama adalah pada pemahaman hubungan antar konsep, struktur dasar, dan ide-ide fundamental dalam suatu disiplin ilmu, bukan sekadar menghafal fakta atau langkah-langkah prosedural. Tujuannya adalah agar siswa mampu mentransfer dan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari ke dalam situasi atau masalah baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Ini tentang memahami ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’, bukan hanya ‘apa’.
  • Berpikir Kritis (Critical Thinking): Deep Learning sangat bergantung pada dan secara aktif mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Ini mencakup kemampuan untuk menganalisis informasi secara mendalam, memecah informasi menjadi bagian-bagian kecil untuk memahami strukturnya, mengevaluasi kredibilitas sumber dan kekuatan argumen, menginterpretasikan makna, mensintesis informasi dari berbagai sumber untuk membentuk gagasan baru, dan merefleksikan proses berpikir sendiri serta asumsi pribadi.
  • Penguasaan Kompetensi (Competency Mastery): Pendekatan ini menekankan pengembangan dan penerapan kompetensi-kompetensi kunci yang dibutuhkan di abad ke-21, seperti pemecahan masalah yang kompleks, kolaborasi efektif, komunikasi yang jelas dan persuasif, serta kemampuan untuk belajar secara mandiri (learning to learn). Fokusnya adalah pada kemampuan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan secara efektif dalam konteks yang relevan (knowledge-in-use).
  • Konstruktivisme: Deep Learning didasarkan pada pandangan konstruktivis bahwa pengetahuan tidak diterima secara pasif, melainkan dibangun atau dikonstruksi secara aktif oleh pembelajar berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Siswa mengintegrasikan informasi baru ke dalam skema mental mereka, yang secara bertahap mengubah pemahaman mereka tentang realitas. Dalam paradigma ini, peran pendidik bergeser dari sumber utama pengetahuan menjadi fasilitator yang membimbing dan mendukung proses konstruksi pengetahuan siswa.
  • Relevansi dan Konteks Nyata: Pembelajaran yang mendalam selalu berusaha menghubungkan materi pelajaran dengan dunia nyata, isu-isu kontemporer, atau pengalaman hidup siswa. Mengajukan pertanyaan seperti “Mengapa ini penting?” atau “Bagaimana konsep ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari?” adalah strategi kunci untuk mendorong siswa berpikir lebih dalam dan melihat relevansi dari apa yang mereka pelajari.
  • Fokus pada Cakupan Materi Lebih Sempit: Meskipun tidak selalu eksplisit, penekanan pada kedalaman pemahaman menyiratkan fokus pada penguasaan konsep-konsep inti dalam cakupan materi yang mungkin lebih sempit dibandingkan kurikulum tradisional yang luas tetapi dangkal. Kualitas pemahaman diutamakan daripada kuantitas topik yang dibahas (Query point 1).
  • Identitas dan Kreativitas sebagai Hasil: Deep Learning tidak hanya bertujuan untuk penguasaan akademik, tetapi juga untuk transformasi siswa. Salah satu hasil yang diharapkan adalah pengembangan identitas siswa terkait dengan disiplin ilmu yang dipelajari – pergeseran dari “saya belajar tentang Biologi” menjadi “saya adalah seorang ahli biologi”. Hasil lainnya adalah pengembangan kreativitas, di mana siswa mampu bergerak dari penerima pengetahuan menjadi pencipta sesuatu yang baru atau mampu bertindak secara efektif dalam disiplin tersebut menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai. Ini menunjukkan bahwa Deep Learning memiliki tujuan yang lebih ambisius, yaitu membentuk cara siswa memandang diri mereka sendiri dan kapasitas mereka untuk berkontribusi secara orisinal.

C. Deep Learning vs. Surface Learning

Perbedaan mendasar antara Deep Learning dan Surface Learning terletak pada niat dan pendekatan siswa terhadap materi pembelajaran. Siswa yang melakukan surface learning cenderung memiliki motivasi ekstrinsik (misalnya, lulus ujian), fokus pada hafalan fakta atau detail yang terisolasi, dan melihat pembelajaran sebagai tugas yang harus diselesaikan dengan usaha minimal. Mereka kesulitan melihat hubungan antar konsep atau menerapkan pengetahuan di luar konteks asli.

Sebaliknya, siswa yang terlibat dalam deep learning memiliki motivasi intrinsik untuk memahami makna materi. Mereka secara aktif mencari hubungan antar ide, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya, memeriksa bukti dan argumen secara kritis, serta merefleksikan pemahaman mereka sendiri. Orientasi mereka adalah pada pemahaman jangka panjang dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan secara fleksibel. Deep Learning menekankan kualitas pemahaman dan makna, sementara Surface Learning lebih fokus pada kuantitas informasi yang dapat diingat untuk sementara waktu.

III. Strategi Fondasional: Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) dan Pembelajaran Berbasis Inkuiri (IBL)

Untuk mencapai tujuan Deep Learning, diperlukan strategi pembelajaran yang secara aktif melibatkan siswa dalam proses berpikir tingkat tinggi dan konstruksi makna. PBL dan IBL adalah dua pendekatan yang sangat selaras dengan prinsip-prinsip Deep Learning.

A. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL)

PBL adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek—tugas kompleks berdasarkan pertanyaan atau masalah yang menantang—sebagai kerangka kerja utama untuk pembelajaran. Lima kriteria utama sering digunakan untuk mendefinisikan PBL yang autentik :

  1. Sentralitas (Centrality): Proyek bukanlah aktivitas tambahan di akhir unit, melainkan menjadi pusat strategi pembelajaran. Siswa mempelajari konsep-konsep inti dan standar kurikulum melalui keterlibatan mereka dalam proyek tersebut.
  2. Pertanyaan Pendorong (Driving Question): Pembelajaran dipandu oleh sebuah pertanyaan atau masalah yang esensial, terbuka (open-ended), kompleks, dan menarik bagi siswa. Pertanyaan ini berfungsi untuk memfokuskan upaya siswa dan mendorong investigasi mendalam.
  3. Investigasi Konstruktif (Constructive Investigation): Siswa terlibat dalam proses inkuiri yang berkelanjutan (sustained inquiry) untuk menjawab pertanyaan pendorong. Ini melibatkan pencarian informasi, penerapan konsep, penemuan solusi, dan konstruksi pengetahuan baru.19 Aktivitas inti harus melibatkan transformasi dan konstruksi pengetahuan di pihak siswa.
  4. Otonomi Siswa (Student Autonomy/Voice & Choice): Siswa diberikan tingkat kemandirian, pilihan, dan kontrol yang signifikan atas proses pembelajaran mereka dalam kerangka proyek. Mereka mungkin memiliki pilihan dalam menentukan fokus investigasi, metode kerja, atau bentuk produk akhir. Guru bertindak lebih sebagai fasilitator daripada instruktur langsung.
  5. Realisme/Autentisitas (Realism/Authenticity): Proyek memiliki koneksi yang jelas dengan dunia nyata di luar kelas. Ini bisa berupa konteks masalah yang autentik, penggunaan alat atau teknik profesional, kolaborasi dengan pakar eksternal, atau penciptaan produk yang memiliki nilai bagi audiens nyata.

Selain lima kriteria inti tersebut, PBL yang efektif juga seringkali mencakup elemen-elemen penting berikut :

  • Produk Publik (Public Product): Siswa mempresentasikan hasil kerja mereka (produk, solusi, atau performa) kepada audiens di luar teman sekelas dan guru. Ini meningkatkan akuntabilitas, motivasi, dan memberikan tujuan autentik bagi pekerjaan siswa.
  • Kolaborasi (Collaboration): Siswa seringkali bekerja dalam tim untuk menyelesaikan proyek, memungkinkan mereka mengembangkan keterampilan komunikasi, kerja sama, dan manajemen konflik.
  • Refleksi dan Umpan Balik (Reflection and Feedback/Critique & Revision): Proses PBL mencakup kesempatan bagi siswa untuk merefleksikan pembelajaran mereka dan menerima umpan balik yang konstruktif (dari guru, teman sebaya, atau pakar) untuk perbaikan.

B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Inkuiri (IBL)

IBL adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan peran sentral pertanyaan siswa dalam mendorong proses belajar. Ini adalah proses aktif di mana siswa, seringkali dibimbing oleh guru, mengajukan pertanyaan, menyelidiki, dan membangun pemahaman mereka sendiri.16 Prinsip-prinsip inti IBL meliputi:

  1. Berpusat pada Pertanyaan Siswa (Student Question-Driven): Proses pembelajaran dimulai dari rasa ingin tahu, ketidakpastian, atau pertanyaan yang muncul dari siswa sendiri atau dipicu oleh stimulus dari guru (misalnya, fenomena menarik, masalah, teks). Pertanyaan menjadi motor penggerak investigasi.
  2. Investigasi dan Eksplorasi Aktif (Active Investigation and Exploration): Siswa tidak hanya menerima informasi, tetapi secara aktif terlibat dalam mencari jawaban atas pertanyaan mereka. Ini bisa melibatkan observasi, eksperimen, pengumpulan data, analisis sumber, atau simulasi.
  3. Konstruksi Pengetahuan (Knowledge Construction): Melalui proses investigasi, siswa secara aktif membangun pemahaman konseptual mereka sendiri. Mereka menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya dan merumuskan kesimpulan berdasarkan bukti yang ditemukan.
  4. Peran Guru sebagai Fasilitator (Teacher as Facilitator): Guru berperan sebagai pembimbing proses inkuiri, bukan sebagai penyampai jawaban. Guru membantu siswa merumuskan pertanyaan yang dapat diselidiki, menyediakan sumber daya, mengajukan pertanyaan lanjutan untuk memperdalam pemikiran, dan mengelola diskusi kelas.
  5. Pengembangan Keterampilan Proses (Development of Process Skills): IBL secara eksplisit bertujuan untuk mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penyelidikan ilmiah atau intelektual, seperti berpikir kritis, analitis, logis, merumuskan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, serta metakognisi.
  6. Diskusi dan Komunikasi (Discussion and Communication): Siswa didorong untuk berbagi temuan, ide, dan argumen mereka dengan teman sebaya dan guru. Diskusi membantu mengklarifikasi pemahaman, mengekspos perspektif yang berbeda, dan membangun pengetahuan secara kolaboratif.

C. Mengklarifikasi Hubungan: PBL sebagai Bentuk Inkuiri Terbimbing

Meskipun sering dibahas secara terpisah, PBL dan IBL memiliki hubungan yang erat. IBL dapat dilihat sebagai sebuah spektrum pendekatan pengajaran yang berpusat pada siswa dan didorong oleh pertanyaan, mulai dari inkuiri yang sangat terstruktur (di mana guru memberikan pertanyaan dan prosedur) hingga inkuiri terbuka (di mana siswa merumuskan pertanyaan dan metode investigasi mereka sendiri).

Dalam kerangka ini, PBL seringkali diposisikan sebagai salah satu bentuk guided inquiry (inkuiri terbimbing). PBL biasanya dimulai dengan masalah atau pertanyaan autentik yang kompleks (seringkali disediakan atau dibingkai oleh guru) dan berorientasi pada penciptaan produk, solusi, atau performa sebagai puncak dari proses investigasi. Sementara itu, beberapa bentuk IBL mungkin lebih fokus pada proses eksplorasi dan penemuan konsep itu sendiri, tanpa selalu menghasilkan produk fisik yang konkret.

Memahami PBL sebagai implementasi spesifik dari filosofi IBL yang lebih luas adalah penting. Ini berarti prinsip-prinsip IBL—seperti mengajukan pertanyaan, melakukan investigasi, dan membangun pemahaman secara aktif—merupakan bagian integral dari PBL yang efektif. Kesadaran akan hubungan ini memberikan fleksibilitas kepada pendidik untuk merancang pengalaman belajar. Mereka dapat menggunakan kerangka kerja PBL yang lebih terstruktur ketika tujuan utamanya adalah aplikasi pengetahuan dan penciptaan produk, atau menerapkan pendekatan IBL yang lebih terbuka ketika fokusnya adalah pada eksplorasi konsep dan pengembangan keterampilan proses penyelidikan. Keduanya, bagaimanapun, berbagi komitmen mendasar pada pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa.

IV. Sinergi: Bagaimana PBL dan IBL Menumbuhkan Deep Learning

PBL dan IBL bukan hanya strategi pengajaran alternatif; keduanya secara fundamental selaras dengan dan secara aktif menumbuhkan jenis pembelajaran mendalam yang dibutuhkan di abad ke-21. Sinergi ini terlihat dalam beberapa cara kunci:

A. Membina Pemahaman Konseptual dan Penguasaan Kompetensi

Inti dari Deep Learning adalah pemahaman konseptual yang melampaui hafalan. PBL dan IBL secara inheren mendorong pemahaman ini. Ketika siswa dihadapkan pada masalah kompleks dalam PBL atau pertanyaan menantang dalam IBL, mereka tidak dapat hanya mengandalkan ingatan fakta. Mereka harus bergulat dengan konsep-konsep inti, memahami hubungan antar ide, dan menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks baru untuk menemukan solusi atau jawaban. Proses investigasi, eksperimen, desain, dan pemecahan masalah yang menjadi ciri khas kedua pendekatan ini memaksa siswa untuk menggunakan pengetahuan secara fungsional, yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam dan bertahan lama.

Selain itu, Deep Learning menekankan penguasaan kompetensi abad ke-21.3 PBL dan IBL adalah ‘tempat latihan’ yang ideal untuk kompetensi ini. Proses merencanakan dan melaksanakan proyek (PBL) atau melakukan penyelidikan (IBL) secara alami membutuhkan dan mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi (jika bekerja dalam kelompok), komunikasi (saat presentasi atau diskusi), dan metakognisi (saat merefleksikan proses).

B. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah

Berpikir kritis adalah tulang punggung Deep Learning. Sifat terbuka (open-ended) dari masalah dalam PBL dan pertanyaan dalam IBL secara langsung menuntut siswa untuk berpikir kritis.11 Mereka harus menganalisis situasi atau masalah, mengidentifikasi informasi yang relevan dan tidak relevan, mengevaluasi berbagai sumber atau solusi potensial, membuat keputusan berdasarkan bukti dan logika, serta membenarkan kesimpulan atau tindakan mereka. Proses ini tidak hanya menerapkan keterampilan berpikir kritis yang ada tetapi juga secara aktif mengembangkannya melalui praktik yang berulang dan kontekstual.

PBL dan IBL, pada dasarnya, adalah mesin untuk mengembangkan higher-order thinking skills (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi. Aktivitas inti seperti merancang solusi (PBL), menganalisis data (IBL), mengevaluasi argumen (PBL/IBL), dan menciptakan produk (PBL) berada di puncak taksonomi kognitif seperti Taksonomi Bloom. Karena Deep Learning didefinisikan oleh pemahaman mendalam dan kemampuan berpikir kritis 1, maka PBL dan IBL berfungsi sebagai kendaraan yang efektif untuk mencapai tujuan kognitif tingkat tinggi tersebut.

C. Meningkatkan Keterlibatan, Motivasi, dan Kepemilikan Pembelajaran

Salah satu tantangan terbesar dalam pendidikan adalah menjaga siswa tetap terlibat dan termotivasi. PBL dan IBL menawarkan solusi yang kuat untuk tantangan ini. Prinsip otonomi siswa (student voice and choice) dalam kedua pendekatan memberikan siswa rasa kepemilikan atas pembelajaran mereka. Ketika siswa memiliki suara dalam apa dan bagaimana mereka belajar, motivasi intrinsik mereka cenderung meningkat.

Selain itu, sifat aktif dan relevan dari PBL dan IBL membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna.10 Siswa tidak hanya duduk pasif mendengarkan, tetapi secara aktif melakukan, menyelidiki, dan menciptakan. Ketika mereka melihat hubungan antara tugas kelas dengan minat pribadi atau masalah dunia nyata, pembelajaran menjadi lebih menyenangkan (joyful) dan bermakna (meaningful), yang merupakan komponen kunci dari Deep Learning. Keterlibatan emosional ini sangat penting untuk pembelajaran yang mendalam dan berkelanjutan.

D. Menghubungkan Pembelajaran dengan Konteks Dunia Nyata dan Identitas Siswa

Deep Learning menekankan pentingnya relevansi dan kemampuan untuk menerapkan pembelajaran dalam konteks dunia nyata. Prinsip autentisitas atau realisme dalam PBL dan IBL berfungsi sebagai jembatan krusial untuk mencapai tujuan ini. Ketika siswa mengerjakan masalah nyata yang dihadapi komunitas mereka (PBL) atau menyelidiki fenomena alam atau sosial yang autentik (IBL), mereka melihat tujuan praktis di balik konsep-konsep akademis.1 Koneksi ini memfasilitasi pemahaman yang lebih dalam karena siswa dapat mengaitkan ide-ide abstrak dengan pengalaman konkret dan melihat bagaimana pengetahuan dapat digunakan untuk membuat perbedaan. Semakin autentik tugas PBL atau IBL, semakin besar potensinya untuk mendorong Deep Learning.

Lebih jauh lagi, ketika proyek atau inkuiri dirancang untuk terhubung dengan identitas budaya, minat pribadi, atau komunitas siswa (misalnya, menyelidiki sejarah lokal, menganalisis seni tradisional, mengatasi masalah lingkungan setempat), hal ini dapat secara signifikan memperkuat rasa memiliki dan relevansi pribadi. Pengalaman ini dapat membantu siswa mengembangkan identitas positif terkait dengan pembelajaran dan disiplin ilmu tertentu, yang merupakan salah satu hasil penting dari Deep Learning.

Terakhir, elemen kolaborasi yang sering ada dalam PBL dan IBL  berfungsi sebagai mekanisme kunci untuk konstruksi pengetahuan bersama. Deep Learning berakar pada konstruktivisme, yang mengakui peran penting interaksi sosial dalam pembelajaran. Ketika siswa bekerja bersama, mereka harus mengartikulasikan pemikiran mereka, mendengarkan dan menanggapi perspektif orang lain, bernegosiasi makna, dan membangun pemahaman bersama. Proses dialog dan argumentasi ini mengarah pada pemahaman yang lebih dalam, lebih teruji, dan lebih bernuansa daripada yang mungkin dicapai melalui pembelajaran individual semata. Dengan demikian, fitur kolaboratif PBL/IBL secara langsung mendukung pilar konstruktivis sosial dari Deep Learning.

V. Implementasi Praktis: 10+ Ide PBL dan IBL untuk Deep Learning

Bagian ini menyajikan serangkaian contoh konkret aktivitas Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) dan Pembelajaran Berbasis Inkuiri (IBL) yang dirancang secara spesifik untuk mendorong Deep Learning. Fokus utama dari ide-ide ini adalah pada pengembangan pemahaman konseptual yang mendalam dan penguasaan kompetensi kunci dalam cakupan materi yang relatif terfokus, sejalan dengan prinsip Deep Learning. Setiap ide akan diuraikan meliputi deskripsi singkat aktivitas, relevansi mata pelajaran dan jenjang pendidikan (SMP/SMA), penjajaran dengan prinsip-prinsip Deep Learning, identifikasi elemen PBL atau IBL yang dominan, serta catatan mengenai potensi integrasi konteks lokal, khususnya konteks Aceh atau Indonesia secara umum, untuk meningkatkan relevansi dan keterlibatan siswa.

Fleksibilitas inheren dalam PBL dan IBL memungkinkan pendidik untuk menyesuaikan aktivitas guna menargetkan kompetensi Deep Learning yang spesifik dalam domain pengetahuan yang terfokus. Misalnya, sebuah proyek PBL dalam matematika mungkin menekankan pemodelan dan pemecahan masalah terapan, sementara aktivitas IBL dalam sastra mungkin lebih fokus pada pengembangan analisis kritis dan interpretasi. Guru dapat memilih dan mengadaptasi model (PBL atau IBL) serta merancang tugas-tugas spesifik untuk secara sengaja membina pemahaman mendalam dan kompetensi tertentu yang menjadi tujuan pembelajaran, sejalan dengan semangat Deep Learning yang mengutamakan kedalaman daripada keluasan.

Tabel Ringkasan Ide PBL dan IBL untuk Deep Learning

1 Investigasi Ekosistem Mangrove Lokal IPA (Biologi/Ekologi) PBL Pemahaman sistem ekologi, berpikir sistem, analisis data, pemecahan masalah (konservasi) Ekosistem Mangrove Aceh
2 Mengatasi Masalah Sampah di Komunitas IPS, PKn PBL Pemahaman isu sosial-lingkungan, analisis kebijakan, riset sosial, komunikasi, partisipasi warga negara Masalah Sampah Banda Aceh
3 Merancang Sistem Pemanenan Air Hujan Skala Sekolah Matematika, Fisika (ops) PBL Pemahaman geometri & pengukuran, pemodelan matematika, analisis data, analisis biaya-manfaat, presentasi teknis Data Curah Hujan Lokal (Aceh)
4 Membuat Arsip Digital Sejarah Lisan Lokal Bahasa Indonesia, Sejarah PBL Pemahaman sejarah dari perspektif personal, analisis naratif, literasi digital, etika penelitian Sejarah/Pengalaman Lokal Aceh
5 Proyek Mural Kolaboratif Berbasis Motif Khas Aceh Seni Rupa, Budaya PBL Pemahaman estetika & simbolisme budaya, analisis visual, desain kreatif, kolaborasi Motif Seni Rupa Aceh
6 Menyelidiki Fisika Alat Musik Tradisional Indonesia Fisika, Seni Musik IBL Pemahaman fisika gelombang & resonansi, observasi, analisis data (audio), komunikasi sains Alat Musik Tradisional (Rapai)
7 Investigasi Simbolisme Ukiran pada Rumoh Aceh Sejarah, Sosiologi, Budaya IBL Pemahaman hubungan artefak-nilai budaya, analisis semiotik, interpretasi budaya, riset kualitatif Arsitektur & Ukiran Aceh
8 Menjelajahi Pola Teselasi dalam Batik Lokal Matematika (Geometri) IBL Pemahaman teselasi & transformasi geometri, pengenalan pola, penalaran spasial Motif Batik Indonesia/Lokal
9 Menganalisis Representasi Remaja dalam Film/Sastra Indonesia Kontemporer Bahasa Indonesia IBL Pemahaman analisis sastra/film, analisis kritis, interpretasi teks, argumentasi, refleksi diri Karya Sastra/Film Indonesia
10 Menelusuri Akar dan Evolusi Musik Dangdut Seni Musik, Budaya IBL Pemahaman genre musik dalam konteks sejarah & budaya, riset sejarah musik, analisis musikologis Musik Populer Indonesia
11 Membuat Film Dokumenter Mini tentang Isu Sosial Lokal IPS, Bahasa, Seni PBL Pemahaman isu sosial, riset sosial, penulisan naskah, sinematografi, editing, komunikasi publik Isu Sosial Lokal (Aceh/Indo)

Ide 1: PBL – Sains (IPA) – Investigasi Ekosistem Mangrove Lokal (Aceh)

  • Deskripsi: Siswa melakukan studi lapangan di ekosistem mangrove terdekat (contoh: kawasan Ulee Lheue atau lokasi lain di pesisir Aceh). Mereka mengidentifikasi keanekaragaman hayati (flora dan fauna kunci), mengukur parameter lingkungan sederhana (misalnya, salinitas, pH air jika memungkinkan), menganalisis potensi ancaman seperti sampah plastik, pencemaran, atau alih fungsi lahan. Berdasarkan temuan, siswa secara kolaboratif merancang proposal rencana aksi konservasi sederhana yang realistis (misalnya, kampanye pembersihan, penanaman kembali skala kecil, pembuatan poster edukasi) dan mempresentasikannya kepada pihak sekolah, komunitas, atau instansi terkait (misalnya, Dinas Lingkungan Hidup setempat).
  • Subjek/Level: IPA (Biologi/Ekologi), Geografi / SMP-SMA.
  • Penjajaran Deep Learning: Mendorong pemahaman mendalam tentang konsep ekosistem mangrove sebagai satu kesatuan (fokus sempit), interdependensi antar komponen biotik dan abiotik, serta dampak aktivitas manusia. Mengembangkan kompetensi berpikir sistem (melihat hubungan sebab-akibat), keterampilan observasi dan pengumpulan data lapangan, analisis data kualitatif dan kuantitatif sederhana, pemecahan masalah (merancang solusi konservasi), dan komunikasi ilmiah. Relevansi yang tinggi dengan isu lingkungan aktual meningkatkan aspek meaningful learning.
  • Elemen PBL/IBL Dominan: Pertanyaan pendorong (Contoh: “Bagaimana kondisi ekosistem mangrove di [nama lokasi] dan apa yang bisa kita lakukan untuk melestarikannya?”), investigasi lapangan (konstruktif, autentik), otonomi siswa (dalam metode pengumpulan data spesifik dan detail rencana aksi), produk publik (proposal/presentasi), realisme (isu lingkungan nyata).
  • Konteks Lokal: Fokus pada ekosistem mangrove spesifik di wilayah Aceh, memanfaatkan pengetahuan lokal (jika ada, tentang pemanfaatan tradisional mangrove), dan menghubungkan dengan upaya konservasi yang mungkin sudah ada di tingkat lokal.

Ide 2: PBL – IPS/PKn – Mengatasi Masalah Sampah di Komunitas (Banda Aceh)

  • Deskripsi: Proyek dimulai dengan observasi dan identifikasi masalah pengelolaan sampah di lingkungan sekitar sekolah atau tempat tinggal siswa di Banda Aceh. Siswa melakukan riset untuk memahami volume sampah, jenis sampah dominan, sistem pengelolaan yang ada (pengangkutan, TPA), serta dampak sosial, ekonomi, dan kesehatan dari masalah tersebut. Mereka dapat mewawancarai warga, petugas kebersihan, atau perwakilan dinas terkait. Selanjutnya, siswa mempelajari peraturan daerah terkait sampah dan contoh solusi dari daerah lain. Puncak proyek adalah perancangan dan (jika memungkinkan) implementasi awal sebuah solusi, misalnya: kampanye penyadaran 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di sekolah, proposal pendirian bank sampah mini, atau desain sistem kompos komunal sederhana, yang dipresentasikan kepada kepala sekolah atau perwakilan komunitas.
  • Subjek/Level: IPS (Geografi, Sosiologi, Ekonomi), PKn / SMP-SMA.
  • Penjajaran Deep Learning: Memfasilitasi pemahaman mendalam tentang isu kompleks pengelolaan sampah sebagai sistem sosial-ekologis-teknis. Mengembangkan kompetensi riset sosial (observasi, wawancara, survei sederhana), analisis data kualitatif, pemahaman kebijakan publik, berpikir kritis dalam mengevaluasi solusi, komunikasi persuasif (kampanye), dan keterampilan advokasi dasar. Proyek ini sangat relevan (meaningful) karena menyangkut lingkungan hidup siswa secara langsung dan mendorong keterlibatan sebagai warga negara aktif (civic engagement).
  • Elemen PBL/IBL Dominan: Masalah autentik dan relevan (driving problem), investigasi konstruktif (riset multi-sumber), kolaborasi tim, otonomi (dalam pemilihan fokus masalah spesifik dan desain solusi), produk publik (kampanye/proposal), realisme (masalah nyata, potensi implementasi).
  • Konteks Lokal: Fokus pada data, kondisi, kebijakan, dan pemangku kepentingan terkait pengelolaan sampah di Banda Aceh atau lingkungan spesifik siswa.

Ide 3: PBL – Matematika – Merancang Sistem Pemanenan Air Hujan Skala Sekolah

  • Deskripsi: Siswa ditantang untuk merancang sistem pemanenan air hujan (SPAH) yang layak untuk gedung sekolah mereka. Proses ini melibatkan: (1) Mempelajari konsep matematika terkait: luas permukaan (atap), volume (bak penampung), debit air, persentase, konversi satuan. (2) Mengumpulkan data: mengukur luas area atap yang relevan, mencari data rata-rata curah hujan bulanan/tahunan untuk wilayah Aceh dari sumber terpercaya (misalnya, BMKG). (3) Perancangan: menghitung potensi volume air hujan yang bisa dipanen, menentukan ukuran dan jenis tangki penampungan yang dibutuhkan, merancang skema sederhana sistem penyaluran (pipa, filter). (4) Analisis: memperkirakan biaya pembuatan sistem dan potensi penghematan penggunaan air bersih sekolah. (5) Presentasi: menyajikan desain, perhitungan, dan analisis kelayakan kepada manajemen sekolah.
  • Subjek/Level: Matematika (Geometri, Aritmatika, Analisis Data), Fisika (opsional: tekanan, aliran fluida) / SMA.
  • Penjajaran Deep Learning: Mendorong pemahaman mendalam dan aplikatif tentang konsep-konsep matematika (luas, volume, rasio, analisis data) dalam konteks rekayasa praktis yang relevan. Mengembangkan kompetensi pemodelan matematika (menerjemahkan masalah nyata ke dalam perhitungan), pemecahan masalah multi-langkah, literasi data, analisis biaya-manfaat, dan kemampuan presentasi teknis. Fokus pada satu proyek spesifik memungkinkan eksplorasi mendalam konsep terkait.
  • Elemen PBL/IBL Dominan: Tantangan desain rekayasa (driving challenge), investigasi (pengukuran, pengumpulan data sekunder), penerapan konsep matematika (konstruktif), kolaborasi (jika berkelompok), produk (desain & analisis kelayakan), realisme (potensi solusi untuk kebutuhan sekolah).
  • Konteks Lokal: Menggunakan data iklim (curah hujan) spesifik untuk wilayah Aceh/Banda Aceh dan konteks fisik (ukuran bangunan) sekolah siswa.

Ide 4: PBL – Bahasa Indonesia/Sejarah – Membuat Arsip Digital Sejarah Lisan Lokal

  • Deskripsi: Siswa secara berkelompok memilih satu tema sejarah atau pengalaman kolektif yang signifikan dalam komunitas lokal mereka (misalnya, kehidupan sehari-hari selama masa konflik Aceh, pengalaman penyintas tsunami 2004, perkembangan tradisi meugang, sejarah sebuah gampong). Mereka mengidentifikasi dan mendekati narasumber kunci (tokoh masyarakat, saksi sejarah, anggota keluarga yang lebih tua). Setelah mempelajari teknik wawancara yang baik dan etika penelitian sejarah lisan, siswa merancang pertanyaan, melakukan wawancara (direkam audio/video), mentranskrip bagian penting, menganalisis tema-tema utama yang muncul dari narasi, dan menyusun hasilnya menjadi sebuah arsip digital sederhana (misalnya, website blog, koleksi video pendek di YouTube/platform lain, podcast) yang dapat dibagikan kepada publik.45
  • Subjek/Level: Bahasa Indonesia (Wawancara, Menulis Naratif/Eksposisi), Sejarah (Metodologi Sejarah Lisan) / SMA.
  • Penjajaran Deep Learning: Memfasilitasi pemahaman mendalam tentang peristiwa atau fenomena sejarah/sosial tertentu dari sudut pandang pelaku/saksi sejarah (fokus sempit pada tema/periode). Mengembangkan kompetensi metodologi penelitian kualitatif (wawancara mendalam), analisis naratif, keterampilan komunikasi interpersonal, literasi digital (pembuatan arsip online), penulisan reflektif, dan kesadaran etis dalam penelitian. Proyek ini sangat bermakna (meaningful) karena menghubungkan siswa dengan sejarah komunitas mereka secara personal.
  • Elemen PBL/IBL Dominan: Pertanyaan pendorong (Contoh: “Bagaimana [tema] membentuk identitas komunitas kami?”), investigasi primer (wawancara sejarah lisan), otonomi siswa (pemilihan tema, narasumber, format arsip), kolaborasi tim, produk publik (arsip digital), realisme (cerita nyata, kontribusi pada memori kolektif).
  • Konteks Lokal: Fokus pada tema-tema sejarah, sosial, atau budaya yang spesifik dan relevan bagi masyarakat Aceh atau komunitas lokal siswa.

Ide 5: PBL – Seni Budaya – Proyek Mural Kolaboratif Berbasis Motif Khas Aceh

  • Deskripsi: Siswa memulai dengan meneliti berbagai ragam hias atau motif ukiran tradisional Aceh yang ikonik, seperti Pucok Reubong, Bungong Jeumpa, Pinto Aceh, Awan Meucanek, atau Kerawang Gayo. Mereka tidak hanya mengidentifikasi bentuk visualnya tetapi juga menggali makna filosofis, religius, atau sosial yang terkandung di dalamnya melalui studi literatur atau wawancara dengan budayawan/seniman lokal (jika memungkinkan). Berbekal pemahaman ini, siswa secara kolaboratif merancang sebuah konsep mural yang menginterpretasikan ulang motif-motif tersebut dengan gaya kontemporer namun tetap menghormati makna aslinya. Setelah desain disetujui, mereka bekerja sama untuk melukis mural tersebut di lokasi yang ditentukan di lingkungan sekolah.
  • Subjek/Level: Seni Rupa, Sejarah Budaya / SMP-SMA.
  • Penjajaran Deep Learning: Mendorong pemahaman mendalam tentang estetika visual, simbolisme, dan konteks budaya dari seni rupa tradisional Aceh (fokus pada motif spesifik). Mengembangkan kompetensi analisis visual, berpikir kreatif dan desain, teknik melukis (khususnya mural), manajemen proyek sederhana, dan keterampilan kerja sama tim dalam konteks artistik. Proyek ini menghubungkan pembelajaran seni dengan penguatan identitas budaya (identity).
  • Elemen PBL/IBL Dominan: Tantangan kreatif (interpretasi motif untuk mural), investigasi (riset motif, makna, teknik mural), kolaborasi tim yang intensif, otonomi kreatif (dalam desain interpretatif), produk publik permanen (mural), realisme (menciptakan karya seni nyata di ruang fisik).
  • Konteks Lokal: Fokus eksplisit pada warisan seni rupa Aceh, menggunakan motif-motif lokal sebagai sumber inspirasi utama.

Ide 6: IBL – IPA (Fisika)/Seni Musik – Menyelidiki Fisika Alat Musik Tradisional Indonesia

  • Deskripsi: Pembelajaran diawali dengan pertanyaan pemicu: “Mengapa Angklung yang berbeda ukuran menghasilkan nada yang berbeda? Bagaimana Rapai (alat musik pukul Aceh) bisa menghasilkan bunyi yang keras dan khas?”. Siswa kemudian dibimbing untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan turunan yang lebih spesifik tentang hubungan antara karakteristik fisik alat musik (ukuran, bentuk, material, cara dipukul/ditiup/dipetik) dengan bunyi yang dihasilkan (tinggi nada/frekuensi, keras/amplitudo, warna suara/timbre). Investigasi dapat dilakukan melalui: (a) Eksperimen sederhana (misalnya, mengukur frekuensi bunyi dari senar dengan panjang/tegangan berbeda), (b) Analisis video/audio pertunjukan musik tradisional menggunakan perangkat lunak analisis spektrum sederhana (jika tersedia), (c) Simulasi komputer tentang gelombang dan resonansi, atau (d) Studi literatur tentang akustik alat musik. Siswa kemudian menyajikan temuan mereka dalam bentuk presentasi atau laporan singkat yang menjelaskan prinsip fisika di balik cara kerja alat musik yang mereka selidiki.
  • Subjek/Level: Fisika (Akustik, Gelombang), Seni Musik / SMA.
  • Penjajaran Deep Learning: Memfasilitasi pemahaman mendalam tentang konsep-konsep fisika abstrak (gelombang, frekuensi, resonansi, amplitudo) melalui aplikasi konkret pada objek budaya yang familiar dan menarik (alat musik tradisional). Mengembangkan kompetensi observasi, perumusan pertanyaan ilmiah, analisis data (termasuk data audio jika memungkinkan), penjelasan ilmiah berbasis bukti, dan komunikasi sains. Fokus pada satu atau beberapa jenis alat musik memungkinkan eksplorasi mendalam.
  • Elemen PBL/IBL Dominan: Pertanyaan pendorong (inquiry question), investigasi aktif (eksperimen/analisis/simulasi), fokus pada proses penemuan dan pemahaman konsep (inkuiri), otonomi siswa (dalam memilih alat musik spesifik atau metode investigasi), presentasi temuan.
  • Konteks Lokal: Menggunakan contoh alat musik tradisional Indonesia secara umum, dengan potensi untuk fokus pada alat musik khas Aceh seperti Rapai, Serune Kalee, atau Geundrang untuk relevansi lokal yang lebih tinggi.

Ide 7: IBL – IPS/Seni Budaya – Investigasi Simbolisme Ukiran pada Rumoh Aceh

  • Deskripsi: Guru memulai dengan menampilkan gambar-gambar detail ukiran pada Rumoh Aceh (rumah tradisional Aceh) dan mengajukan pertanyaan: “Ukiran-ukiran ini tidak hanya indah, tapi kira-kira apa makna atau pesan yang ingin disampaikan oleh pembuatnya?”. Siswa kemudian didorong untuk melakukan investigasi mandiri atau kelompok kecil untuk menjawab pertanyaan ini. Sumber investigasi bisa berupa artikel, buku tentang arsitektur atau budaya Aceh, dokumentasi foto/video dari museum atau situs Rumoh Aceh yang masih ada, atau wawancara dengan ahli budaya/arsitektur (jika memungkinkan). Fokus investigasi adalah pada identifikasi motif-motif ukiran yang umum ditemukan (misalnya, pada tulak angen, dinding, tiang, tangga), mencari interpretasi makna filosofis, religius (Islami), sosial, atau kosmologisnya, dan mendiskusikan bagaimana ukiran tersebut merefleksikan nilai-nilai, kepercayaan, dan cara pandang masyarakat Aceh di masa lalu. Hasil investigasi dibagikan melalui diskusi kelas, presentasi kelompok, atau tulisan esai pendek.
  • Subjek/Level: Sejarah, Sosiologi/Antropologi, Seni Budaya / SMA.
  • Penjajaran Deep Learning: Mendorong pemahaman mendalam tentang hubungan kompleks antara artefak budaya material (arsitektur vernakular, seni ukir) dengan sistem nilai, kepercayaan, dan struktur sosial masyarakat penciptanya (fokus pada Rumoh Aceh). Mengembangkan kompetensi analisis visual dan semiotik (membaca simbol), interpretasi budaya, keterampilan riset kualitatif (studi literatur, analisis visual), berpikir kritis dalam mengevaluasi interpretasi, dan partisipasi dalam diskusi akademik. Penggunaan konteks lokal yang kaya seperti Rumoh Aceh secara signifikan meningkatkan potensi pembelajaran yang bermakna (meaningful) dan relevan, serta dapat memperkuat identitas budaya siswa.
  • Elemen PBL/IBL Dominan: Pertanyaan pendorong (inquiry question), investigasi berbasis sumber sekunder dan visual, fokus pada pemahaman makna dan interpretasi (inkuiri), diskusi dan presentasi temuan.
  • Konteks Lokal: Fokus sangat spesifik pada warisan arsitektur dan seni ukir tradisional Aceh.

Ide 8: IBL – Matematika – Menjelajahi Pola Teselasi dalam Batik Lokal

  • Deskripsi: Guru menampilkan beberapa contoh motif batik Indonesia (bisa nasional atau mencari contoh batik Aceh jika ada yang memiliki pola geometris berulang yang jelas) dan mengajukan pertanyaan: “Pola apa yang kalian lihat berulang pada kain batik ini? Bagaimana caranya pola-pola ini bisa mengisi seluruh permukaan kain tanpa ada celah atau tumpang tindih?”. Siswa kemudian dibimbing untuk mengeksplorasi konsep matematika di balik fenomena ini, yaitu teselasi (pengubinan bidang). Mereka mengidentifikasi bentuk-bentuk geometris dasar yang digunakan dalam motif, menganalisis jenis transformasi geometri (translasi/pergeseran, rotasi/perputaran, refleksi/pencerminan) yang menghasilkan pengulangan pola. Siswa dapat mencoba menggambar atau menggunakan perangkat lunak geometri dinamis untuk mereplikasi pola atau bahkan merancang motif teselasi sederhana mereka sendiri yang terinspirasi dari batik.
  • Subjek/Level: Matematika (Geometri) / SMP-SMA.
  • Penjajaran Deep Learning: Memfasilitasi pemahaman mendalam tentang konsep abstrak geometri (teselasi, simetri, transformasi geometri) melalui analisis objek budaya visual yang konkret dan estetis. Mengembangkan kompetensi pengenalan pola visual, penalaran spasial, pemahaman properti bentuk geometris, dan kemampuan menerapkan konsep geometri dalam konteks non-matematis.
  • Elemen PBL/IBL Dominan: Pertanyaan pendorong (inquiry question), eksplorasi visual dan analisis pola (investigasi), penemuan konsep matematika melalui observasi, potensi untuk kreasi (merancang pola sendiri).
  • Konteks Lokal: Menggunakan batik sebagai konteks budaya Indonesia yang kaya. Jika ditemukan motif batik Aceh dengan pola geometris yang jelas, penggunaannya akan meningkatkan relevansi lokal.

Ide 9: IBL – Bahasa dan Sastra Indonesia – Menganalisis Representasi Remaja dalam Film/Sastra Indonesia Kontemporer

  • Deskripsi: Kegiatan dimulai dengan diskusi atau pertanyaan pemantik: “Menurut kalian, bagaimana sih remaja Indonesia biasanya digambarkan dalam film atau novel populer saat ini? Apakah gambaran itu sesuai dengan kenyataan?”. Siswa kemudian diminta memilih satu atau beberapa karya fiksi kontemporer Indonesia (film layar lebar, serial web, novel populer) yang fokus pada kehidupan remaja. Tugas mereka adalah melakukan analisis kritis terhadap karya tersebut, dengan fokus pada: (a) Bagaimana karakter remaja utama dan pendukung digambarkan (karakterisasi, motivasi, konflik)? (b) Tema-tema apa saja terkait dunia remaja yang diangkat (misalnya, pencarian identitas, persahabatan, cinta, konflik dengan orang tua, tekanan akademis, isu sosial)? (c) Apakah representasi tersebut terasa autentik, stereotipikal, atau problematik? Siswa membandingkan temuan analisis mereka dengan pengalaman pribadi atau observasi mereka tentang kehidupan remaja di sekitar mereka. Hasil analisis dapat disajikan dalam bentuk esai kritis, resensi analitis, presentasi kelompok, atau debat/diskusi panel.
  • Subjek/Level: Bahasa Indonesia (Analisis Sastra/Film), Sosiologi (opsional) / SMA.
  • Penjajaran Deep Learning: Mendorong pemahaman mendalam tentang teknik analisis karya sastra dan film (karakterisasi, tema, narasi, sinematografi dasar) serta isu-isu sosial budaya terkait representasi media (fokus pada representasi remaja). Mengembangkan kompetensi berpikir kritis (menganalisis bias, stereotip, pesan tersirat), interpretasi teks (sastra/visual), argumentasi berbasis bukti (menggunakan adegan/kutipan sebagai bukti), dan kemampuan refleksi diri terhadap media dan realitas sosial.
  • Elemen PBL/IBL Dominan: Pertanyaan pendorong (inquiry question), analisis teks/film (investigasi), interpretasi dan evaluasi kritis, otonomi siswa (pemilihan karya yang dianalisis), presentasi argumen (esai/diskusi).
  • Konteks Lokal: Menggunakan karya-karya film atau sastra yang diproduksi di Indonesia dan populer di kalangan remaja Indonesia, sehingga relevan dengan konteks budaya dan sosial mereka.

Ide 10: IBL – Seni Musik – Menelusuri Akar dan Evolusi Musik Dangdut

  • Deskripsi: Pertanyaan pemicu: “Musik Dangdut sangat populer di Indonesia, tapi sebenarnya dari mana asalnya dan bagaimana ia bisa berubah menjadi seperti yang kita dengar sekarang?”. Siswa melakukan riset untuk menelusuri jejak sejarah musik Dangdut. Investigasi bisa mencakup: (a) Akar musiknya (pengaruh musik Melayu Deli, Gambus, musik film India/Bollywood, bahkan Rock). (b) Tokoh-tokoh perintis dan figur penting dalam perkembangannya (misalnya, Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, dll.). (c) Perubahan karakteristik musik dari masa ke masa (misalnya, instrumentasi, aransemen, tempo, struktur lagu, tema lirik). (d) Hubungannya dengan konteks sosial, politik, dan budaya Indonesia pada era yang berbeda. (e) Perkembangan sub-genre (misalnya, Dangdut Koplo). Temuan riset disajikan dalam format yang menarik, seperti lini masa (timeline) interaktif digital, presentasi multimedia dengan contoh audio/video, analisis perbandingan lagu dari era berbeda, atau bahkan mini-dokumenter.
  • Subjek/Level: Seni Musik, Sejarah Budaya / SMA.
  • Penjajaran Deep Learning: Memfasilitasi pemahaman mendalam tentang sebuah genre musik spesifik (Dangdut) sebagai fenomena budaya yang kompleks dan dinamis, melampaui sekadar apresiasi permukaan. Mengembangkan kompetensi riset sejarah musik, analisis musikologis (mengidentifikasi ciri khas musikal dan perubahannya), kemampuan sintesis informasi dari berbagai sumber, literasi media (analisis klip video/audio), dan keterampilan presentasi.
  • Elemen PBL/IBL Dominan: Pertanyaan pendorong (inquiry question), investigasi historis dan musikologis (riset), analisis dan sintesis informasi, otonomi siswa (dalam memilih fokus aspek atau era tertentu), presentasi temuan.
  • Konteks Lokal: Fokus pada genre musik yang memiliki akar kuat dan popularitas luas dalam konteks budaya Indonesia.

Ide 11: PBL – Lintas Disiplin (IPS, Bahasa, Seni) – Membuat Film Dokumenter Mini tentang Isu Sosial Lokal

  • Deskripsi: Siswa bekerja dalam tim untuk mengidentifikasi sebuah isu sosial yang relevan dan signifikan di komunitas mereka atau skala nasional yang lebih luas (misalnya, tantangan akses pendidikan berkualitas di daerah terpencil, upaya pelestarian bahasa daerah yang terancam punah, dampak ekonomi pariwisata terhadap masyarakat lokal, isu kesehatan mental remaja). Setelah memilih isu, tim melakukan riset mendalam menggunakan berbagai metode (studi literatur, wawancara dengan narasumber terkait, observasi lapangan, analisis data sekunder). Berdasarkan riset, mereka mengembangkan narasi/sudut pandang, menulis naskah/storyboard, melakukan pengambilan gambar (syuting), mengedit rekaman menjadi film dokumenter pendek (durasi 5-10 menit), dan akhirnya mempresentasikan atau mempublikasikan film mereka (misalnya, melalui pemutaran di sekolah, unggah ke platform online, atau ditujukan ke pihak terkait) dengan tujuan meningkatkan kesadaran atau mendorong diskusi.
  • Subjek/Level: IPS (Sosiologi, Geografi, Ekonomi), Bahasa Indonesia (Penulisan Naskah, Komunikasi Publik), Seni (Sinematografi, Editing Video) / SMA.
  • Penjajaran Deep Learning: Mendorong pemahaman mendalam tentang kompleksitas isu sosial yang dipilih, termasuk akar penyebab, dampak, dan perspektif yang beragam. Mengembangkan serangkaian kompetensi tingkat tinggi secara terintegrasi: riset sosial, analisis kritis, penulisan naratif dan persuasif, literasi visual dan media, keterampilan teknis produksi video (syuting, editing), manajemen proyek, kerja tim, dan komunikasi publik. Proyek ini sangat autentik dan berpotensi memberikan dampak nyata (real-world impact).
  • Elemen PBL/IBL Dominan: Masalah/isu sosial autentik sebagai pendorong, investigasi mendalam multi-metode, kolaborasi tim yang esensial, otonomi kreatif (pemilihan isu, sudut pandang naratif, gaya visual), produk publik (film dokumenter), realisme (proses produksi menyerupai kerja profesional).
  • Konteks Lokal: Isu sosial yang dipilih harus berakar pada realitas yang dihadapi siswa atau komunitas di Aceh atau Indonesia, sehingga terasa relevan dan mendesak.

VI. Kesimpulan: Membina Pembelajar Mendalam untuk Masa Depan

A. Rekapitulasi Keterkaitan Deep Learning, PBL, dan IBL

Laporan ini telah mengupas konsep Deep Learning dalam konteks pedagogi sebagai sebuah pendekatan yang melampaui pembelajaran permukaan, menuju pemahaman konseptual yang mendalam, penguasaan kompetensi yang relevan, dan pengembangan pembelajar yang bermakna, berkesadaran, serta termotivasi. Telah ditunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) dan Pembelajaran Berbasis Inkuiri (IBL) bukan sekadar metode pengajaran, melainkan strategi instruksional yang sangat kuat dan sinergis untuk mencapai tujuan Deep Learning.

Prinsip-prinsip inti PBL—seperti sentralitas proyek, pertanyaan pendorong, investigasi konstruktif, otonomi siswa, realisme/autentisitas, dan produk publik—secara langsung menumbuhkan karakteristik Deep Learning, termasuk pemikiran kritis, pemecahan masalah, relevansi, dan penerapan pengetahuan. Demikian pula, prinsip-prinsip IBL—yang berpusat pada pertanyaan siswa, investigasi aktif, konstruksi pengetahuan, dan peran guru sebagai fasilitator—secara efektif mengembangkan kemampuan analisis, penalaran berbasis bukti, dan metakognisi yang menjadi ciri khas pembelajar mendalam. Keduanya, dengan penekanan pada pembelajaran aktif, kolaboratif, dan kontekstual, menciptakan lingkungan di mana siswa tidak hanya menyerap informasi tetapi secara aktif membangun makna dan kompetensi.

B. Peran Pendidik sebagai Fasilitator

Implementasi efektif dari PBL dan IBL untuk mendorong Deep Learning menuntut pergeseran signifikan dalam peran pendidik. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pengetahuan atau ‘pengisi bejana kosong’, melainkan bertransformasi menjadi perancang pengalaman belajar yang kaya, fasilitator proses penemuan siswa, pembimbing yang mengajukan pertanyaan provokatif, dan penyedia dukungan (scaffolding) yang tepat pada waktu yang tepat. Peran ini membutuhkan keterampilan baru dalam manajemen kelas yang fleksibel, penilaian formatif yang berkelanjutan, dan kemampuan untuk melepaskan kontrol langsung atas proses belajar siswa sambil tetap memastikan arah pembelajaran yang jelas. Pelatihan dan pengembangan profesional yang berfokus pada strategi fasilitasi PBL dan IBL menjadi krusial untuk keberhasilan pendekatan ini.

C. Pemikiran Akhir tentang Menumbuhkan Deep Learning dalam Konteks Indonesia

Potensi Deep Learning, yang difasilitasi oleh PBL dan IBL, sangat relevan dengan tujuan pendidikan nasional Indonesia, terutama dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka yang menekankan pengembangan Profil Pelajar Pancasila. Elemen-elemen kunci Profil Pelajar Pancasila—seperti Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia; Berkebinekaan Global; Gotong Royong; Mandiri; Bernalar Kritis; dan Kreatif —secara inheren dapat ditumbuhkembangkan melalui pengalaman belajar yang dirancang dengan baik menggunakan PBL dan IBL. Kemampuan bernalar kritis, kreativitas, kolaborasi (gotong royong), dan kemandirian adalah hasil langsung yang sering dilaporkan dari penerapan PBL dan IBL yang efektif.

Ide-ide aktivitas yang disajikan dalam laporan ini hanyalah contoh awal. Pendidik di seluruh Indonesia, termasuk di Banda Aceh dan wilayah lainnya, didorong untuk mengadaptasi, memodifikasi, dan mengembangkan ide-ide ini agar sesuai dengan konteks lokal spesifik mereka—memanfaatkan kekayaan budaya, isu-isu relevan, dan sumber daya yang tersedia di lingkungan masing-masing. Kunci keberhasilan terletak pada komitmen untuk menciptakan pengalaman belajar yang autentik, menantang secara intelektual, relevan secara pribadi, dan pada akhirnya, memberdayakan siswa untuk menjadi pembelajar mendalam (deep learners) yang tidak hanya berhasil secara akademis tetapi juga siap untuk berkontribusi secara bermakna bagi masyarakat dan menghadapi tantangan masa depan dengan percaya diri dan kompeten. Membina generasi pembelajar mendalam adalah investasi krusial untuk masa depan Indonesia.

Referensi

  1. Deep Learning? Perspektif Pedagogi Pendidikan – Piramida Akademi, accessed April 16, 2025, https://piramidaakademi.com/index.php/2025/01/06/deep-learning-perspektif-pedagogi-pendidikan/
  2. repository.usd.ac.id, accessed April 16, 2025, https://repository.usd.ac.id/52396/1/12149_NUGRAHA,D.S.(2024.Nov).Kompasiana.com_Deeplearning.pdf
  3. (PDF) A Systematic Review on Deep Learning in Education: Concepts, Factors, Models and Measurements – ResearchGate, accessed April 16, 2025, https://www.researchgate.net/publication/378319392_A_Systematic_Review_on_Deep_Learning_in_Education_Concepts_Factors_Models_and_Measurements
  4. Deeper Learning | Learning Policy Institute, accessed April 16, 2025, https://learningpolicyinstitute.org/topic/deeper-learning
  5. What is Deeper Learning? – Kaleidoscope Collective for Learning, accessed April 16, 2025, https://www.doe.mass.edu/kaleidoscope/overview.html
  6. Designing Knowledge‐In‐Use Assessments to Promote Deeper Learning – ResearchGate, accessed April 16, 2025, https://www.researchgate.net/publication/332224786_Designing_Knowledge-In-Use_Assessments_to_Promote_Deeper_Learning
  7. Mengenal Deep Learning: Pendekatan Pembelajaran Mendalam, Solusi Perubahan Masa Depan yang Sulit Diprediksi – Pendidikan.id, accessed April 16, 2025, https://pendidikan.id/news/mengenal-deep-learning-pendekatan-pembelajaran-mendalam-solusi-perubahan-masa-depan-yang-sulit-diprediksi/
  8. Memahami Konsep Pendekatan Deep Learning dalam Pembelajaran Anak Usia Dini Yang Meaningful, Mindful dan Joyful, accessed April 16, 2025, https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jhp/article/download/67168/pdf
  9. MENGENAL KONSEP PEMBELAJARAN DEEP LEARNING – S2 Pendidikan Bahasa Inggris – UNESA – Universitas Negeri Surabaya, accessed April 16, 2025, https://s2pendidikanbahasainggris.fbs.unesa.ac.id/post/mengenal-konsep-pembelajaran-deep-learning
  10. Apa Itu Pembelajaran Berbasis Proyek di SMK? Pengertian dan Manfaatnya! – Gamelab, accessed April 16, 2025, https://www.gamelab.id/news/2563-apa-itu-pembelajaran-berbasis-proyek-di-smk-pengertian-dan-manfaatnya
  11. Efektivitas Pendekatan Inquiry-Based Learning dalam Matematika, accessed April 16, 2025, https://pm.teknokrat.ac.id/efektivitas-pendekatan-inquiry-based-learning-dalam-matematika/
  12. Problem-Based and Inquiry-Based Learning: What’s the difference …, accessed April 16, 2025, https://sites.nd.edu/kaneb/2019/09/30/problem-based-and-inquiry-based-learning-whats-the-difference/
  13. PEDAGOGI KONTEMPORER – Repository IFTK Ledalero, accessed April 16, 2025, http://repository.iftkledalero.ac.id/2617/1/24-10-115-EBOOK%20Pedagogi%20Kontemporer.pdf
  14. 10 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Model Pembelajaran Project Based Learning a. Pengertian Model Project Based Le, accessed April 16, 2025, https://repository.uin-suska.ac.id/20887/7/12.%20BAB%20II%20OK.pdf
  15. BAB II LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran Project Based Learning 1. Pengertian Model Project Based Learning Model merupakan – Raden Intan Repository, accessed April 16, 2025, https://repository.radenintan.ac.id/1914/4/BAB_II2_EDIT.pdf
  16. Model Pembelajaran Inquiry Learning, Kenali Langkah dan Manfaatnya – Ruangkerja, accessed April 16, 2025, https://www.ruangkerja.id/blog/inquiry-learning
  17. Mengenal Deep Learning Ful-ful yang Disebut Mendikdasmen, Ini Artinya – detikcom, accessed April 16, 2025, https://www.detik.com/edu/sekolah/d-7632793/mengenal-deep-learning-ful-ful-yang-disebut-mendikdasmen-ini-artinya
  18. Deep Learning dan Strategi Pendidikan Berkualitas | Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Website Resmi, accessed April 16, 2025, https://uinjkt.ac.id/id/deep-learning-dan-strategi-pendidikan-berkualitas
  19. 1 Panduan Project Base Learning – Teknik Informatika Universitas Bina Darma, accessed April 16, 2025, https://if.binadarma.ac.id/document/1667374163_Panduan_Pelaksanaan_Mata%20Kuliah%20Project.pdf
  20. law.usk.ac.id, accessed April 16, 2025, https://law.usk.ac.id/wp-content/uploads/2024/12/MODUL-PANDUAN-METODE-PEMBELAJARAN_Ida-Tutia-Rakhmi.pdf
  21. Penerapan Model Project Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar (Studi Literatur) – Jurnal Pendidikan Tambusai, accessed April 16, 2025, https://jptam.org/index.php/jptam/article/download/618/545
  22. What is Authentic Project Based Learning (PBL)? – New Tech Network, accessed April 16, 2025, https://newtechnetwork.org/resources/authentic-pbl/
  23. What the Heck is the Difference Between IBL and PBL? – Learning by Inquiry, accessed April 16, 2025, https://www.learningbyinquiry.com/what-the-heck-is-the-difference-between-ibl-and-pbl/
  24. IBL, PBL and PjBL, what’s the difference? – Kimberlin Education, accessed April 16, 2025, https://kimberlineducation.com/ibl-pbl-and-pjbl-whats-the-difference/
  25. 100 Project-Based Learning Ideas | Unrulr, accessed April 16, 2025, https://www.unrulr.com/post/100-project-based-learning-ideas
  26. (PDF) Fostering Civic Engagement through Project-Based Learning – ResearchGate, accessed April 16, 2025, https://www.researchgate.net/publication/378055745_Fostering_Civic_Engagement_through_Project-Based_Learning
  27. Inquiry-Based Learning: Siswa Belajar Mandiri – Zenius Education, accessed April 16, 2025, https://www.zenius.net/blog/inquiry-based-learning/
  28. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA KELAS XI MADRASAH ALIYAH GALESONG SELATAN SKR – Universitas Muhammadiyah Makassar, accessed April 16, 2025, https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/37995-Full_Text.pdf
  29. Inquiry based approach to lesson planning, accessed April 16, 2025, https://www.winneshiekwild.com/wp-content/uploads/2019/11/Learning-through-Inquiry.pdf
  30. Inquiry Based Learning, Metode Belajar Mandiri dan Kritis – Guruinovatif.id, accessed April 16, 2025, https://guruinovatif.id/artikel/inquiry-based-learning-metode-belajar-mandiri-dan-kritis
  31. penerapan inquiry based learning untuk mengetahui respon belajar siswa pada materi konsep dan, accessed April 16, 2025, https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/DP/article/download/3369/3278
  32. Bahan Ajar Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri | PDF | Seni – Scribd, accessed April 16, 2025, https://id.scribd.com/document/497840089/1-Bahan-Ajar-Pembelajaran-IPA-Berbasis-Inkuiri
  33. PRIMAS – Asking questions that encourage inquiry-‐based learning, accessed April 16, 2025, https://www.primas.mathshell.org/pd/modules/4_Asking_questions/pdf/4_Asking_questions.pdf
  34. Inquiry Charts | Reading Rockets, accessed April 16, 2025, https://www.readingrockets.org/classroom/classroom-strategies/inquiry-charts
  35. Inquiry-based learning | English and Language Arts Education Class Notes – Fiveable, accessed April 16, 2025, https://library.fiveable.me/english-education/unit-12/inquiry-based-learning/study-guide/l5YALflyxq8vk3xM
  36. A comparison of inquiry-based learning (IBL), problem-based learning (PBL) and project-based learning (PJBL) in science education | Request PDF – ResearchGate, accessed April 16, 2025, https://www.researchgate.net/publication/278678160_A_comparison_of_inquiry-based_learning_IBL_problem-based_learning_PBL_and_project-based_learning_PJBL_in_science_education
  37. JURNAL BASICEDU, accessed April 16, 2025, https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/download/8307/3462/29920
  38. The Effect of Inquiry-based Learning (IBL) and Project-based (PjBL) on the Development of the Critical Thinking Disposition (CTD) of Prospective Teachers of Electronic Engineering Education at Universitas Negeri Jakarta, Indonesia. – ResearchGate, accessed April 16, 2025, https://www.researchgate.net/publication/343219147_The_Effect_of_Inquiry-based_Learning_IBL_and_Project-based_PjBL_on_the_Development_of_the_Critical_Thinking_Disposition_CTD_of_Prospective_Teachers_of_Electronic_Engineering_Education_at_Universitas_N
  39. Application of the PBL Model Based on Deep Learning in Physical Education Classroom Integrating Production and Education – PMC, accessed April 16, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8881171/
  40. Application of the PBL Model Based on Deep Learning in Physical Education Classroom Integrating Production and Education – ResearchGate, accessed April 16, 2025, https://www.researchgate.net/publication/358714320_Application_of_the_PBL_Model_Based_on_Deep_Learning_in_Physical_Education_Classroom_Integrating_Production_and_Education
  41. Effects of Scaled-up Professional Development Courses About Inquiry-Based Learning on Teachers – ResearchGate, accessed April 16, 2025, https://www.researchgate.net/publication/323609211_Effects_of_Scaled-up_Professional_Development_Courses_About_Inquiry-Based_Learning_on_Teachers
  42. The Effect of Project Based Learning Model on Creative Thinking Ability in Biology Learning, accessed April 16, 2025, https://www.researchgate.net/publication/369026503_The_Effect_of_Project_Based_Learning_Model_on_Creative_Thinking_Ability_in_Biology_Learning
  43. The Implementation of Project Based Learning To Improve Students Responsibility in Social Studies Learning – Portal Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, accessed April 16, 2025, https://ejournal.upi.edu/index.php/pips/article/download/14468/8807
  44. Efektivitas Model Project Based Learning dengan Pendekatan Inkuiri Berbasis Lingkungan terhadap Hasil Belajar IPA – Jurnal USK, accessed April 16, 2025, https://jurnal.usk.ac.id/JIPI/article/download/24440/15893
  45. 12+ Contoh Penerapan Project Based Learning (PJBL) pada SD hingga SMK/SMA, accessed April 16, 2025, https://smkn1sragen.sch.id/penerapan-project-based-learning/
  46. penerapan model pembelajaran project based learning mata pelajaran ips terhadap hasil belajar – Digilib Unila, accessed April 16, 2025, http://digilib.unila.ac.id/73932/3/3.%20SKRIPSI%20TANPA%20PEMBAHASAN.pdf
  47. Project Based Learning dalam Pembelajaran IPS – Radar Semarang – Jawa Pos, accessed April 16, 2025, https://radarsemarang.jawapos.com/untukmu-guruku/721384386/project-based-learning-dalam-pembelajaran-ips
  48. Preparing Students for Civic Engagement through Project Citizen – APSA Preprints, accessed April 16, 2025, https://preprints.apsanet.org/engage/api-gateway/apsa/assets/orp/resource/item/66d31fb120ac769e5f762ed1/original/preparing-students-for-civic-engagement-through-project-citizen.pdf
  49. Problem-based Learning – ERIC, accessed April 16, 2025, https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1411048.pdf
  50. Problem Based Learning pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah – JURNAL BASICEDU, accessed April 16, 2025, https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/download/2650/pdf/10197
  51. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Matematika Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Sisw, accessed April 16, 2025, https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4380/3/T1_292009116_BAB%20II.pdf
  52. 10 Project-Based Learning (PBL) Examples, accessed April 16, 2025, https://www.smartlablearning.com/project-based-learning-examples/
  53. THE IMPLEMENTATION OF PROJECT-BASED LEARNING (PjBL) METHOD TO ENHANCE SPEAKING SKILLS AT SEVENTH GRADE OF SMP MA’ARIF NU 02 PA, accessed April 16, 2025, https://repository.uinsaizu.ac.id/25509/1/Thesis%20final%20M.%20Faiz%20Mamduh.pdf
  54. PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS PROYEK KELAS XI DI SMA NEGERI 48 JAKARTA – Repository UNJ, accessed April 16, 2025, http://repository.unj.ac.id/27352/1/Pembelajaran%20Berbasis%20Proyek%20Kelas%20XI%20di%20SMA%20Negeri%2048%20Jakarta.pdf
  55. PERANCANGAN MOTIF ACEH DENGAN PENGAPLIKASIAN TEKNIK SULAM USUS, LUKIS, BORDIR, DAN LASER CUT – Universitas Ciputra e-Journal, accessed April 16, 2025, https://journal.uc.ac.id/index.php/FOLIO/article/download/4172/2586/11854
  56. RAGAM MOTIF RUMAH ADAT RONGKO DESA KOTO KLUET TENGAH ACEH SELATAN – Jurnal Ilmiah Mahasiswa, accessed April 16, 2025, https://jim.usk.ac.id/sendratasik/article/viewFile/15688/7110
  57. identifikasi ornamen rumah adat aceh di gampong reubee kecamatan delima di kabupaten pidie, accessed April 16, 2025, https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/download/1023/20092
  58. MAKNA SIMBOLIS RAGAM HIAS TRADISIONAL PADA RUMAH ADAT KABUPATEN ACEH SELATAN DI PKA RATU SAFIATUDDIN M. Andika Sahputra – Jurnal Ilmiah Mahasiswa, accessed April 16, 2025, https://jim.usk.ac.id/pkk/article/viewFile/11937/7806
  59. MOTIF UKIRAN KERAWANG GAYO PADA RUMAH ADAT GAYO DI KABUPATEN ACEH TENGAH PROVINSI ACEH | Salihin | Gorga : Jurnal Seni Rupa, accessed April 16, 2025, https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/gorga/article/view/12797
  60. View of Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri-Seni Berbasis Google Art and Culture untuk Siswa Sma | Syntax Literate, accessed April 16, 2025, https://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-literate/article/view/12660/7903
  61. PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SENI BUDAYA ( TARI SAMAN ) MELALUI METODE INKUIRI DI KELAS VII SMP ISLAM TE – Repository Universitas Islam Riau, accessed April 16, 2025, https://repository.uir.ac.id/7505/1/156711252.pdf
  62. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri-Seni Berbasis Google Art and Culture untuk Siswa Sma – ResearchGate, accessed April 16, 2025, https://www.researchgate.net/publication/372755865_Pengembangan_Model_Pembelajaran_Inkuiri-Seni_Berbasis_Google_Art_and_Culture_untuk_Siswa_Sma
  63. Buku Panduan Guru Seni Musik untuk SMP Kelas VIII, accessed April 16, 2025, https://static.buku.kemdikbud.go.id/content/pdf/bukuteks/kurikulum21/Seni-Musik-BG-KLS-VIII.pdf
  64. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ARTSTEPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SENI MUSIK, accessed April 16, 2025, https://ojs.cbn.ac.id/index.php/jukanti/article/download/1049/402/4437
  65. ETNOFISIKA PADA ALAT MUSIK TRADISONAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MENIGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK, accessed April 16, 2025, https://www.jipkl.com/index.php/JIPKL/article/download/181/170/341
  66. Program Perkuliahan Gelombang Berbasis Inkuiri Berbantuan Alat Musik Tradisional dan TIK untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Level Kognitif, serta Produk Kreatif Mahasiswa Calon Guru Fisika – UPI Repository, accessed April 16, 2025, http://repository.upi.edu/59854/
  67. View of Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Improvisasi Gitar Jazz – Rumah Jurnal Diskresi, accessed April 16, 2025, https://rumahjurnal.diskresi.id/index.php/kolektif/article/view/28/12
  68. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Improvisasi Gitar Jazz: Upaya Meningkatkan Kreativitas dan Berpikir Kritis – ResearchGate, accessed April 16, 2025, https://www.researchgate.net/publication/384738996_Penerapan_Model_Pembelajaran_Inkuiri_dalam_Improvisasi_Gitar_Jazz_Upaya_Meningkatkan_Kreativitas_dan_Berpikir_Kritis
  69. UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta, accessed April 16, 2025, http://digilib.isi.ac.id/4662/7/JURNAL.pdf
  70. EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN RADEC BERBANTUAN ALAT MUSIK DAMBUS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PAD – Digilib UIN SUKA, accessed April 16, 2025, https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/65547/1/20104050042_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
  71. Mengenal Pesan dan Makna pada Motif-Motif Tulak Angen Rumoeh Aceh – ISBI Aceh, accessed April 16, 2025, https://isbiaceh.ac.id/mengenal-pesan-dan-makna-pada-motif-motif-tulak-angen-rumoeh-aceh/
  72. Using Inquiry-Based Learning With STEMscopes Math Activities, accessed April 16, 2025, https://blog.acceleratelearning.com/using-inquiry-based-learning-with-stemscopes-math-activities
  73. Primary Math – The Robertson Program for Inquiry-based Teaching in Mathematics and Science – OISE WordPress, accessed April 16, 2025, https://wordpress.oise.utoronto.ca/robertson/primary-math/
  74. The 5-Step Inquiry Lesson Plan – Corwin Connect, accessed April 16, 2025, https://corwin-connect.com/2017/12/5-step-inquiry-lesson-plan/
  75. Inquiry Based Language Arts Lesson Plans & Worksheets, accessed April 16, 2025, https://www.lessonplanet.com/search?keywords=inquiry+based+language+arts
  76. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Improvisasi Gitar Jazz: Upaya Meningkatkan Kreativitas dan Berpikir Kritis | KOLEKTIF – Rumah Jurnal Diskresi, accessed April 16, 2025, https://rumahjurnal.diskresi.id/index.php/kolektif/article/view/28
  77. Project-based learning & Authentic assessment – Instructional Design & Technology, accessed April 16, 2025, https://opsoniselearning.wordpress.com/projectbasedlearningandauthenticassessment/
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x