Nama aslinya Muhammad Ali Hasyim Alias Al Hariry, Asmara Hakiki dan Aria Hadiningsun. Anak kedua dari 8 orang bersaudara. Ayahnya, Teungku Hasyim, pensiunan pegawai negeri. Tahun 1975 diangkat sebagai guru besar (Prof) dalam ilmu dakwah oleh IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Ali Hasjmy dikenal sebagai sastrawan, ulama, dan tokoh daerah. Dalam usaha memulihkan keamanan daerah, Pemerintah pernah mengangkatnya sebagai gubernur Aceh periode 1957-1964 dan Gubernur diperbantukan Menteri Dalam Negeri Jakarta periode 1964-1968. Ali Hasjmy gemar membaca dan memiliki jiwa seni yang tinggi. Sebagai sastrawan, ia telah menerbitkan 18 karya sastra, 5 terjemahan, dan 20 karya tulis lainnya berikut ini.

 
  1. Kisah Seorang Pengembara (sajak, 1937);
  2. Dewan Sajak (sajak, 1938).
Beberapa novel ciptaannya ;
 
  1. Bermandi Cahaya Bulan (1938). Cetak ulang oleh Bulan Bintang 1979),
  2. Dewi Fajar (1943),
  3. Nona Press Room (1963),
  4. Meurah Johan (1977),
  5. Tanah Merah (1977). 
Buku lainnya bersifat analisa sastra seperti
  1. Rubai Hamzah Fansury karya Sastra Sufi Abad XVII (Kuala Lumpur, 1976),
  2. Hikayat Perang Sabil Jiwanya Perang Aceh (1970),
  3. Apa Sebab Rakyat Aceh Sanggup Berperang Puluhan Tahun (Jakarta, Bulan Bintang 1978).
  4. Sebuah naskah yang akan diterbitkan adalah Hikayat Pocut Muhammad dalam Analisa (sastra).
Karya tulis lainnya antara lain,
 
  1. Di Mana Letaknya Negara Islam (Singapura, 1976),
  2. Yahudi Bangsa Terkutuk (1970),
  3. Dustur Dakwah Menurut Al Quran (1973),
  4. Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta 1973),
  5. Iskandar Muda Meukuta Alam (Biografi, Jakarta, 1976), 59 (1977),
  6. Sejarah Perkembangan Hukum Islam (1970),
  7. Cinta Sepanjang Jalan (kumpulan cerpen, 1980).


Puisi A Hasjmy

Menyesal

Pagiku hilang sudah melayang

Hari mudaku sudah pergi

Sekarang petang datang membayang

Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi Bila lengah di masa muda

Kini hidup meracun hati

Miskin ilmu, miskin harta

Ah, apa gunanya kusesalkan

Menyesal tua tiada berguna

Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan

Atus barisan di hari pagi

Menuju ke arah padang bakti
A. Hasjmy juga pernah menjabat sebagai ketua Majelis Ulama Aceh. Selain itu ia juga pernah memangku jabatan Rektor Institut Agama Islam Negeri Jamiah Ar Raniry, Darussalam, Banda Aceh. Hasjmy pernah ditahan dalam penjara Jalan Listrik, Medan, karena dituduh terlibat dalam pemberontakan Daud Beuereueh di Aceh. Penahanan berlangsung dari September 1953 sampai Mei 1954. Tapi tahanan ini istimewa. Antara lain boleh bawa makanan dari luar. Banyak orang tahanan dan petugas penjara beroleh kopi, rokok dari Hasjmy. Yang paling menyenangkan mendengar berita akan dibebaskan. Seorang hukuman, bernama Bedjo menceritakan mimpinya semalam bahwa Hasjmy akan dibebaskan. Kendati mimpi dianggap Hasjmy bohong, ia senang sekali. Sehingga Hasjmy dengan senang hati memberinya rokok, kopi dan bahkan uang. Suatu pagi Pak Bedjo bercerita lagi, bahwa dalam mimpinya ia melihat Hasjmy menjadi Raja Aceh. Saya tak percaya, tapi senang, tulis Hasjmy. Sebulan kemudian, Hasjmy dikirim ke Jakarta atas permintaan Jaksa Agung. Di Jakarta dia dibebaskan dan dipindahkan ke Departemen Sosial. Januari 1957, ia diangkat menjadi Gubernur Aceh.
 

Riwayat Hidup

Siapa yang tidak mengenal A. Hasjmy? Tokoh Aceh ini dikenal sebagai ulama, sastrawan, dan politikus. Ia lahir di Lampaseh, Aceh, pada tanggal 28 Maret 1914. Nama kecilnya adalah Muhammad Ali Hasjim. Ia juga memiliki sejumlah nama samaran yang digunakan dalam berbagai karangannya tentang puisi dan cerpen, seperti nama al-Hariry, Aria Hadiningsun, dan Asmara Hakiki.
 
Ali Hasjmy merupakan anak kedua Teungku Hasyim dari delapan bersaudara. Ayahnya merupakan pensiunan pegawai negeri. A. Hasjmy menikah dengan Zuriah Aziz pada tanggal 14 Agustus 1941. Ketika itu A. Hasjmy berumur 27 tahun, sedangkan istrinya berumur 15 tahun (lahir pada Agustus 1926). Mereka dikaruniai tujuh putra-putri, yaitu:
 
  1. Mahdi A. Hasjmy (lahir pada tanggal 15 Desember 1942);
  2. Surya A. Hasjmy (lahir pada tanggal 11 Februari 1945);
  3. Dharma A. Hasjmy (lahir pada tanggal 9 Juni 1947);
  4. Gunawan A. Hasjmy (lahir pada tanggal 5 September 1949 dan meninggal pada tanggal 12 September 1949);
  5. Mulya A. Hasjmy (lahir pada tanggal 23 Maret 1951);
  6. Dahlia A. Hasjmy (lahir pada tanggal 14 Mei 1953);
  7. Kamal A. Hasjmy (lahir pada tanggal 21 Juni 1955).
 
Hasjmy menempuh pendidikan formal pertamanya di Government Inlandsche School Montasie Banda Aceh, sebuah lembaga pendidikan setingkat sekolah dasar (SD). Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Madrasah Thawalib di Padang Panjang, baik pada jenjang pendidikan tsanawiyah (menengah tingkat pertama) maupun jenjang ‘aliyah (menengah tingkat atas). Sekolah ini telah mendidiknya jiwa patriot, cinta tanah air yang kuat, dan menanamkan nasionalisme yang mendasar. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di al-Jami‘ah al-Qism Adabul Lughah wa Tarikh al-Islamiyah (Perguruan Tinggi Islam, Jurusan Sastra dan Kebudayaan Islam) di Padang. Sekembalinya dari Padang Panjang dan Padang, A. Hasjmy menjadi guru dan pendidik di Aceh. Ketika umurnya menginjak usia 50-an, ia pernah mengikuti kuliah pada Fakultas Hukum Universitas Islam Sumatera Utara, Medan. Pada masa mudanya, A. Hasjmy dikenal sangat aktif ikut serta dalam berbagai kegiatan organisasi kepemudaan. Tercatat, antara tahun 1932 hingga tahun 1935, ia menjadi anggota Himpunan Pemuda Islam Indonesia (HPII), dan antara tahun 1933 hingga tahun 1935 ia menjadi Sekretaris HPII Cabang Padang Panjang. HPII merupakan sebuah organisasi underbow partai politik Permi (Persatuan Muslimin Indonesia), sebuah partai radikal yang menganut sistem nonkooperasi terhadap pemerintahan Hindia Belanda.
 
Pada tahun 1935, A. Hasjmy mendirikan Sepia (Serikat Pemuda Islam Aceh) bersama dengan sejumlah pemuda yang baru pulang dari Padang. Sepia kemudian berubah menjadi Peramiindo (Pergerakan Angkatan Muda Islam Indonesia), dan ia menjadi salah seorang pengurus besarnya. Paramiindo merupakan organisasi kepemudaan radikal yang giat melakukan gerakan politik untuk menentang penjajahan Belanda. Sejak tahun 1939, A. Hasjmy aktif sebagai anggota Pengurus Pemuda PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh), Aceh Besar, serta menjadi Wakil Kwartir Kepanduan KI (Kasysyafatul Islam) Aceh Besar. PUSA merupakan organisasi non-partai politik yang kegiatannya lebih pada gerakan menentang penjajahan Belanda.
 
Pada tahun 1941, bersama sejumlah teman di PUSA, ia mendirikan suatu gerakan rahasia bawah tanah, yaitu Gerakan Fajar. Tujuan gerakan ini mengorganisir pemberontakan terhadap kolonialisme Belanda. Sejak awal tahun 1942, gerakan ini melakukan kegiatan sabotase di seluruh Aceh, bahkan dengan cara perlawanan fisik. A. Hasjmy ikut memimpin kegiatan pemberontakan ini. Karena keterlibatan itu, ayahnya, Teungku Hasjim ditangkap Belanda dan baru bisa bebas setelah Belanda meninggalkan Aceh.
 
Pada awal tahun 1945, bersama sejumlah pemuda yang bekerja pada Kantor Aceh Sinbun dan Domei, A. Hasjmy mendirikan organisasi IPI (Ikatan Pemuda Indonesia), suatu organisasi rahasia yang bertujuan melakukan persiapan untuk melawan kekuasaan Belanda yang pada saat itu kembali ke Aceh karena kekalahan Jepang pada tanggal 14 Agustus 1945. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) pada tanggal 17 Agustus 1945, IPI aktif melakukan gerakan secara terang-terangan terhadap para pemuda untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Lambat laun, IPI berubah menjadi BPI (Barisan Pemuda Indonesia), dan kemudian berubah lagi menjadi PRI (Pemuda Republik Indonesia, dan akhirnya menjadi Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia). Dalam perkembangan selanjutnya, Pesindo Aceh memisahkan diri dari DPP Pesindo karena pada saat itu DPP telah dipengaruhi oleh ideologi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pesindo Aceh berdiri sendiri dengan menjadikan Islam sebagai dasarnya. Organisasi ini mendirikan sebuah divisi laskar bernama Divisi Rencong. Sejak masih di IPI hingga di divisi ini, A. Hasjmy bertindak sebagai pemimpinnya.
 
Ali Hasjmy pernah juga aktif di sejumlah partai politik lain, yaitu Permi (Persatuan Muslim Indonesia) dan PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia). Ketika masih di Aceh, ia pernah menjadi Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PSII. Ia bahkan pernah ditahan dalam penjara Jalan Listrik, Medan, dalam kurun waktu September 1953 sampai Mei 1954 karena dituduh terlibat dalam pemberontakan Daud Beuereueh di Aceh. Ketika pindah ke Jakarta, ia menjadi Ketua Departemen Sosial Lajnah Tanfiziyah DPP PSII.
 
Selain aktif di berbagai kegiatan organisasi, A. Hasjmy juga aktif memegang sejumlah jabatan pemerintahan. Pada masa awal Indonesia merdeka, ia aktif sebagai pegawai negeri dan memegang jabatan-jabatan sebagai berikut:
 
  1. Kepala Jawatan Sosial Daerah Aceh, Kutaraja (1946-1947);
  2. Kepala Jawatan Sosial Sumatera Utara (1949);
  3. Inspektur Kepala Jawatan Sosial Sumatera Utara (1949);
  4. Inspektur Kepala Jawatan Sosial Provinsi Aceh (1950);
  5. Kepala Bagian Umum pada Jawatan Bimbingan dan Perbaikan Sosial Kementerian Sosial di Jakarta (1957);
  6. Gubernur Aceh (1957-1964); dan diperbantukan sebagai
  7. Menteri Dalam Negeri (1964-1968).
 
Pada tahun 1966, ia pensiun dari pegawai negeri sebelum masanya (52 tahun) karena atas permintaannya sendiri. Penunjukan A. Hasjmy sebagai Gubernur Aceh disebabkan karena pada saat itu Aceh sedang dalam masa krisis, di mana sering terjadi konflik bersaudara. Masyarakat Aceh menilai penunjukan dirinya tepat, terbukti ia berhasil memulihkan keamanan Aceh pada saat itu. Apalagi, sejak masa pemulihan itu, ia beserta beberapa kawan seperjuangannya mulai memikirkan dan memusatkan perhatian pada pengembangan dunia pendidikan di berbagai wilayah di Aceh. Pengabdiannya terhadap dunia pendidikan berhasil mengangkat Aceh sebagai Kopelma (Kota Pelajar dan Mahasiswa) Darussalam. Kopelma merupakan pusat pendidikan untuk tingkat provinsi (Aceh). Di Aceh terdapat dua buah perguruan tinggi yang terkenal, yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry dan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Di samping itu, berdiri sejumlah perkampungan pelajar di beberapa kabupaten dan juga berdiri sejumlah taman pelajar di beberapa kecamatan di seluruh Aceh (yang kini bernama Pusat Pendidikan Tinggi Darussalam Mini).
 
 

Sejarah Berdirinya Yayasan Ali Hasjmy

Yayasan pendidikan Ali Hasjmy di resmikan pada tanggal 15 januari 1991 oleh menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup RI. Bapak Prof. DR. Emil Salim di Banda Aceh dalam suatu upacara dan khidmat perwujudan bentuk dan berdirinya yayasan pendidikan Ali Hasjmy di Banda Aceh adalah suatu jawaban positif atas rintihan kalbu ali hasjmy yang dikenal sebagai salah seorang tokoh angkatan pujangga baru hal itu terungkap dalam pidatonya yang peresmian yayasan ini sebagai berikut: “Pada saat usia saya sudah senja, buku-buku, dokumen-dokumen dan benda-benda budaya yang telah bersusah payah mengumpulkannya puluhan tahun, membuat saya gelisah, mengganggu ketenangan tubuh saya, merepotkan keheningan malam sunyi saya dan membuat saya kadang-kadang tidak bisa tidur. Bagaimana nasib kekayaan saya itu setelah saya meninggal, akan dijualkah bagai barang loak atau akan di “dikilokan”untukku menjadi pembungkus barang-barang dagangan..? keluhan batin seorang politikus, ulama, sastrawan, jurnalis dan pengarang dari aceh ini atas saran Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh,Prof. Dr.H. Ibrahim Hasan MBA, didirikanlah sebuah yayasan dengan nama yayasan pendidikan ali hasjmy menjadi milik masyarakat bangsa dan umat manusia pada umumnya.
Secara resmi pada tanggal 15 januari 1991 ali hasjmy secara penuh kerelaan dan keiklasan,mengenakan pakaian adat aceh di hadapan sekitar 500 tamu undangan menyatakan : setelah yayasan ini di resmikan maka kami telah mewakafkan kepada yayasan berupa harta kekayaan kami sebagai berikut :

  1. Sepetak tanah hak milih seluas hampir 3.000 m2, yang terletak di jalan jenderal sudirman 20 banda aceh.
  2. Sebuah rumah tempat tinggal yang besarnya lumayan.
    Kira-kira 15 ribu jilid buku,yang terdiri dari bahasa aceh, bahasa indonesia, bahasa arab, bahasa inggris dan bahasa-bahasan lainnya.
  3. Sejumlah besar dokumen-dokumen, naskah-naskah tua, benda-benda budaya, album-album photo dan berbagai makalah seminar yang bernilai sejarah dan budaya.

Usaha dan Kegiatan
Untuk mencapai maksud dan tujuan, maka yayasan ini antara lain berusaha :

  1. Mendirikan perpustakaan untuk umum.
  2. Mendirikan meseum untuk kepentingan umum.
  3. Mendirikan lembaga-lembaga pendidikan.
  4. Mengadakan beasiswa bagi pelajar-pelajar yang cerdas, tetapi orang tua walinya kurang mampu.
  5. Mengadakan seminar-seminar, simposium, lokal karya, maupun meudrah dan sebagainya,
    dan usaha-usaha lain yang dapat mencerdaskan umat.

Pembiayaan Yayasan
sebagai suatu lembaga swasta yang bergerak dalam bidang sosial budaya/pendidikan,maka dana pemeliharaan pengembangan dan honor karyawan di harapkan sumbangan,  hadiah, warisan, hibah, bantuan organisasi/perusahaan baik pemerintah maupun swasta, demikian pula dari bantuan-bantuan lainya yang halal tidak mengikat, baik dari dalam maupun luar negeri.

Jenis-Jenis Koleksi

Koleksi Agama dan Naskah Tua

  1. AL QURANUL KARIM tulisan tangan ( abad ke XVI )
  2. Kitab-kitab pengetahuan agama islam tulisan tangan dengan khat yang indah, meliputi pengetahuan fiqih, tarich, tauhid, dan ilmu bahasa Arab yang berasal dari Aceh
  3. AL QURANUL KARIM TURJUMANUL MUSTAFID Oleh SYECH ABDURRAUF AL SINGKILI ( TGK. SYIAH KUALA )
  4. TAFSIR AL QURANUL KARIM BERSAJAK DALAM BAHASA ACEH / TGK. H. MAYIDDIN JUSUF
  5. The Holy QURAN. Text, Translation and Commentary / ABDULLAH YUSUF ALI
  6. Kitab Safinatul Hukkam / Syeh Jalaludin
  7. Kitaburrahmah Fiththib / SYEH ABBAS Kuta Karang ( tulisan Arab bahasa Indonesia )
  8. Kitab-kitab pengetahuan Agama dalam bahasa Arab dan Indonesia
  9. PIAGAM MEDINAH ( Kliping )
  10. KITAB MATAU JURUNIYAH / SYEH SYAMSUDDIN MUHAMMAD.

Koleksi Museum

  1. Alat senjata dan sebahagian daerah lainnya
  2. Piring kristal, guci dan mangkok dari Timur tengah, China, Indonesian dan Aceh
  3. Photo-photo Sejarah pada masa perjuangan kemerdekaan R.I, Pembangunan Kampus Perguruan Tinggi Darussalam
  4. Photo-photo Tokoh Aceh, Nasional, dan Tamu Luar Negeri
  5. Photo-photo perjalanan A. Hasjmy ke luar negeri
  6. Berbagai Cendera Mata yang diterima A. Hasjmy dari para sahabat, Tokoh dan Teman Akrab lainnya
  7. Ratusan Kartu Card dari dalam dan luar negeri ( sahabat Ali Hasjmy ) yang disimpan dengan rapi
  8. Sebuah Gading Gajah dari Aceh Besar yang telah berusia 80 tahun
  9. Sebuah Balai dan Beduk lingkaran besar
  10. Sebuah Rumah Adat Aceh

Koleksi Umum

  1. Sejarah, Politik, dan Hukum
  2. Budaya, Seni dan Sastra
  3. Khusus Sejarah, Politik Adat Istiadat, Seni dan Budaya Aceh
  4. Karangan A. HASJMY meliputi agama, sejarah, politik sastra budaya, novel dan berbagai puisi
  5. Eksilopedia Islam, Indonesia
  6. Kamus Indonesia, Aceh, Arab, Belanda dan lainnya
  7. Hikayat-hikayat Aceh dan Melayu
  8. Berbagai Skripsi Penting
  9. Berbagai Maklumat dari Ulama Aceh pada 1945
  10. Berbagai Makalah Penting dari 200 buah tas seminar yang dimiliki A. Hasjmy
  11. Biografi dan pengetahuan umum lainnya.

 

Aktifitas Yayasan Ali Hasjmy

Yayasan pendidikan ali hasjmy di resmikan pada tanggal 15 januari 1991 oleh menteri negara kependudukan dan lingkungan hidup RI. Bapak Prof.DR.Emil Salim di banda aceh dalam suatu upacara dan khidmat perwujudan bentuk dan berdirinya yayasan pendidikan ali hasjmy di banda aceh.adalah suatu jawaban positif atas rintihan kalbu ali hasjmy yang dikenal sebagai salah seorang tokoh angkatan pujangga baru. hal itu terungkap dalam pidatonya yang peresmian yayasan ini sebagai berikut: “Pada saat usia saya sudah senja, buku-buku, dokumen-dokumen dan benda-benda budaya yang telah bersusah payah mengumpulkannya puluhan tahun, membuat saya gelisah, mengganggu ketenangan tubuh saya. 

Jadwal Berkunjung

Museum yang diresmikan 19 Januari 1994 oleh Menteri Urusan Pangan/Kepala Bulog RI Prof Dr Ibrahim Hasan itu dibuka sejak pukul 08.00 WIB. Meski di papan kunjungan ditulis buka hingga 13.00 WIB, namun terkadang museum itu buka hanya hingga pukul 12.00 WIB. Aly Hasjmi pernah menjadi pemimpin redaksi di koran Atjeh Shimbun, surat kabar di bawah Jawatan Penerangan Jepang. Ketika Jepang kalah dalam perang Asia Timur Raya, Ali Hasjmy bersama teman-temannya mendirikan surat kabar Semangat Merdeka. Koran inilah yang menjadi media cetak pertama yang dikelola langsung oleh jurnalis Aceh. Sayangnya, di museum itu tidak terlihat arsip tentang dua koran yang pernah dipimpin Ali Hasjmy. Saat ini, perpustakaan itu menyimpan 8.000 judul buku. Sebagian besar di antaranya koleksi buku itu adalah pengetahuan umum dan karya sejumlah penulis tentang Aceh. Sangat sedikit referensi tentang Aceh tempo dulu di perpustakaan itu. Pada bagian lain, terlihat foto-foto Ali Hasjmy dalam sejumlah jabatannya di Aceh. Bahkan, tas kerja dan tas saat mengikuti seminar pun ada di museum itu. Terlihat juga ruang kerja Prof Ali Hasjmy. (Joko Yuwono, Google Map : 2019)

Prof. A. Hasjmy Cetral individual kehidupannya dari muda sampai ke ujung umur keuzuran fisiknya tak sepadipun lekang dengan masyarakat dan lingkungannya. Jiwa jihad sebagai motivasi pengangkat aspirasi harkat dan martabat umat telah mampu mengantisipasi dirinya merekam keluhan,derita dan kebanggaan masyarakat sebagai pemeran khalifah umat di muka bumi.
A. Hasjmy yang berpijak pada landasah kultural Islami untuk berkiprah bagi kepentingan umum/umatan wahidah telah melanglang buana tidak hanya Indonesia, Wilayah Nusantara/Asia Raya, Jepang, Korea Timur Jauh, Eropah dan Timur Tengah malahan Agustus 1991, melawat ke Negara Glasriot dan Prestroika Uni Republik-Republik Islam dan Moskow dalam Wilayah Republik URSS.
Segala Idea, pemikiran, kreasi dan rekayasa konsepsinya dalam wujud ekpresi pujangga/sastrawan, Ulama, Negarawan dan Cendikiawan telah membuahkan berbagai hasil untuk kepentingan umum, kemanfaatan generasi bangsa dan umat manusia. Kini hampir segala yang dimilikinya disumbangkan bagi angkatan baru sepanjang masa.
Itulah cermin ketauladanan kehidupannya telah diabadikan sejak tanggal 29 Jumadil Akhir 1411 Hjjriah-bertepatan dengan tanggal 15 Januari 1991 Masehi, dalam bentuk sebuah Perpustakaan dan Museum Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy, dengan segala rumah, tanah, ribuan judul buku, hasil karya dan segala koleksi kehidupannya masa dulu, kini dan menjangkau masa dapat telah di WAQAFkannya bagi kepentingan umat manusia, anak cucu generasi mendatang. Dalam kontek demikian wajarlah bagi kami untuk menyusun suatu brosur informasi tentang Perpustakaan dan Museum Yayasan Pendidikan Ali Hasjmy tersebut, dengan judul 

INFORMASI PERPUSTAKAAN DAN MUSEUM YAYASAN PENDIDIKAN ALI HASJMY

Semoga akan memberi manfaat bagi masyarakat luas serta kami berkeyakinan bahwa banyak orang akan berkata : “kami akan lebih puas bila berkesempatan datang dan menyaksikan sendiri Museum dimaksud”. Kepada Allah jua kita berserah diri dan memohon ridha-Nya (BUKU INFORMASI PERPUSTAKAAN DAN MUSEUM YAYASAN PENDIDIKAN ALI HASJMY : 1992 ).

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments